Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif

Penelitian merupakan (Wisadirana,2005) suatu proses yang dilaksanakan untuk membuktikan suatu kebenaran ilmial, proses ini bertahap atau melalui langkah-langkah yang telah ditetapkan. Dengan arti lain penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Guna menjawab perumusan masalah penelitian yang sudah ditetapkan, peneliti memilih pendekatan penelitian. Pendekatan penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan pencarian jawaban atas pertanyaan penelitian (perumusan masalah).
Scott W. Vanderstoep dan Deirdre D. Jhonston menyatakan kendati bervariasi, pendekatan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar : yaitu pendekatan Kuantitatif dan Pendekatan Kualitatif. Pendekatan Kuantitatif menekankan pada penilaian numerik atas fenomena yang dipelajari. Sedangkan pendekatan kualitatif menekankan pada pembangunan naratif atau deskripsi tekstual atas fenomena yang diteliti.
Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang ingin mengungkapkan atau menjawab tentang pertanyaan berapa atau berapa banyak suatu hal atau obyek yang diamati. Penelitian kuantitatif ini disebut juga penelitian analitik yaitu merupakan penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian kebenaran hipotesis dan analisanya secara statistik atau kuantitatif (Wisadirana, 2005). Sedangkan menurut Rachmat Kriyantono, riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Kriyantono, 2012, hlm 55)
Pendekatan Kuantitatif ini memiliki ciri-ciri khas yaitu meliputi :
1.      Desain penelitian
Spesifik, jelas rinci; ditentukan secara mantap sejak awal; menjadi pegangan langkah demi langkah.
2.      Tujuan
Menunjukkan hubungan antar variabel; menguji teori; mencari generalisasi yang mempunyai nilai preduktif
3.      Teknik pengumpulan data
Kuesioner; observasi dan wawancara terstruktur
4.      Instrumen penelitian
Test, angket, wawancara terstruktur; instrumen yang telah terstandar
5.      Data
Kuantitatif; hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen
6.      Sampel
Besar; representatif; sedapat mungkin random; ditentukan sejak awal
7.      Analisis
Setelah selesai pengumpulan data; deduktif; menggunakan statistik untuk menguji hipotesis
8.      Hubungan dengan responden
Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya objektif; kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden; jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan.
9.      Usulan desain
Luas dan rinci; literatur yang berhubungan dengan maslah, dan variabel yang diteliti; prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya; masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas; hipotesis dirumuskan dengan jelas; ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan
10.  Kapan penelitian dianggap selesai
Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan.
11.  Kepercayaan terhadap hasil penelitian
Pengujian validitas dan reabilitas instrumen
12.  Keunggulan utama
13.  Kelemahan utama




Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pendekatan kuantitatif berdasarkan atas paradigma positivisme yang berpandangan bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan terhadap dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen. Para penganut positivisme percaya bahwa manusia dapat menemukan aturan-aturan, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip umum tentang dunia kenyataan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun dalam ilmu-ilmu sosial termasuk pendidikan. Hukum-hukum itu dapat ditemukan dari data empiris dengan menggunakan sampel yang representatif. Mereka juga berpendirian bahwa realitas itu dapat dipecah menjadi bagian-bagian dan hukum yang berlaku bagi bagian yang kecil juga berlaku untuk keseluruhan. 
Adapun karakteristik pendekatan kuantitatif yang dilandasi oleh paradigma positivisme menurut Nasution (1998), Brannen (1999), Bryman (1998) Strauss dan Corbin (2002) adalah sebagai berikut : (a) logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan antara berbagai variabel. (b) mencari hukum universal yang dapat meliputi semua kasus, meskipun dengan pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampel untuk mencari generalisasi, (c) netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Netralitas memungkinkan penelitian itu direplikasi, (d) bersifat atomistik, yaitu memecah kenyataan dalam bagian-bagian dan mencari hubungannya, (e) bersifat deterministik, tertuju pada kepastian dengan mengadakan pengujian terhadap hipotesis, dan (f) tujuan yang pokok adalah mencapai generalisasi yang dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi.
Di samping itu pendekatan kuantitatif juga dapat dijelaskan ciri-cirinya ditinjau dari operasionalisasinya, yaitu : (1) desain penelitian kuantitatif bersifat spesifik, jelas, rinci, hipotesis dirumuskan dengan tegas dan ditentukan secara mantap sejak awal untuk dijadikan pegangan bagi setiap langkah penelitian yang dilakukan, (2) tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif, (3) instrumen penelitian menggunakan tes, angket, wawancara, dengan alat berupa kalkulator, komputer, dan sebagainya, (4) data penelitian bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran berdasarkan variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen, (5) sampelnya besar, representatif, dan diusahakan sedapat mungkin diambil secara random, (6) analisis data dilakukan pada tahap akhir setelah pengumpulan data selesai, bersifat deduktif dan menggunakan statistik, dan (7) hubungan antara peneliti dengan responden berjarak, sering tanpa kontak langsung.



. Melakukan Penelitian Kuantitatif
1. Persyaratan Penelitian
a. Sistematis
Dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai dengan yang kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Berencana
Dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelum dilakukan penelitian, sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaanya.
c. Mengikuti Konsep Ilmiah
Mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan, penelitian dilakukan dengan mengikuti cara-cara atau langkah-langkah yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan (taraf berpikir ilmiah oleh John Dewey di dalam reflective thinking) yang antara lain meliputi:
1) The felt need
Penelitian dilakukan karena diawali oleh adanya kebutuhan atau tantangan untuk menyelesaikan suatu masalah.
2) The Problem
Merumuskan masalah agar suatu masalah penelitian menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masakah tersebut.
3) The hypothesis
Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan kegiatan pemecahan masalah.
4) Collection of data as evidence
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis.
5) Concluding belief
Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan.
6) General value of the conclusion
 
Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan tersebut dan implikasinya di masa yang akan datang (Sutrisno Hadi di dalam Suharsimi Arikunto, 1998: 15).
2. Prosedur Penelitian kuantitatif
Langkah-langkah penelitian kuantitatif menurut Suharsimi Arikunto (1998: 17) adalah sebagai berikut:
a. Memilih Masalah
b. Melakukan Studi Pendahuluan
c. Merumuskan Masalah Rancangan Penelitian
d. Merumuskan Anggapan Dasar dan Hipotesis
e. Memilih Pendekatan
f. Menentukan Variabel dan Sumber Data
g. Menentukan dan Menyusun Instrumen
h. Mengumpulkan Data
i. Menganalisis Data Pelaksanaan
j. Menarik Kesimpulan
k. Menulis Laporan Pembuatan Laporan
Langkah-langkah penelitian kuantitatif tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memilih Masalah
Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena, kemenduaan arti (ambiguity), halangan dan rintangan, celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Masalah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mempunyai nilai penelitian.
Masalah mempunyai nilai penelitian apabila:
a) mempunyai sifat keaslian.
b) menyatakan suatu hubungan.
c) merupakan hal yang penting.
d) dapat diuji.
e) dinyatakan di dalam bentuk pertanyaan.
2) Mempunyai fisibilitas (dapat dilaksanakan).
Persyaratan ini akan terpenuhi apabila:
a) Data serta metode untuk memecahkan masalah tersedia.
b) Cukup waktu, tenaga dan biaya untuk memecahkan masalah tersebut.
c) Ada dukungan dari pihak-pihak terkait.
d) Masalah tidak bertentangan dengan hukum, moral dan etika.
3) Sesuai dengan kualifikasi si peneliti.
Masalah yang baik adalah yang menarik bagi peneliti dan sesuai dengan kualifikasi dari si peneliti itu sendiri. 
4) Hasil penelitian bermanfaat.
Ciri ini sekaligus merupakan syarat terpenting bagi suatu kegiatan penelitian karena penelitian yang baik pada dasarnya dilakukan dalam rangka untuk menyumbangkan hasil penelitian tersebut kemajuan ilmu pengetahuan, meningkatkan efektifitas kerja, atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada.
Masalah-masalah penelitian dapat diperoleh dari sumber masalah sebagai berikut:
1) Pengalaman pribadi peneliti di dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pengamatan pribadi terhadap lingkungan sekitar.
3) Bacaan-bacaan, baik yang ilmiah maupun yang non ilmiah. 
b. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk menjajagi kemungkinan bisa tidaknya kegiatan penelitian diteruskan. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya. 
1) Manfaat Studi Pendahuluan
Manfaat dari studi pendahuluan antara lain terkait dengan informasi yang di dapat oleh peneliti mengenai:
a) apa yang akan diteliti.
b) Di mana dan kepada siapa informasi dapat diperoleh.
c) Bagaimana cara memperoleh data/informasi.
d) Teknik apa yang akan dugunakan untuk menganalisis data.
e) Bagaimana harus mengambil kesimpulan serta memanfaatkan hasil penelitian.
2) Cara Mengadakan Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dapat dilakukan pada 3 obyek yang biasa di kenal dengan istila 3 p (paper, person, place).
c. Merumuskan Masalah Penelitian 
Agar penelitian dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti perlu untuk merumuskan masalahnya sehingga menjadi jelas dari mana harus memulai, ke mana harus diarahkan dan dengan apa bisa dijalankan. Umumnya masalah penelitian dirumuskan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2) Rumusan jelas dan padat.
3) mencerminkan ciri penelitian yang dilakukan.
Selain ketentuan di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang diantaranya adalah rumusan masalah harus merupakan dasar bagi perumusan judul, perumusan tujuan, dan pembuatan hipotesis. 
Sebagai contohnya:
Judul : Studi Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SMUN 3 Madiun Tahun Ajaran 2008-2009
Masalah : Adakah korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris Siswa SMUN 3 Madiun tahun ajaran 2008-2009?
Tujuan : Untuk mengetahui korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris Siswa SMUN 3 Madiun tahun ajaran 2008-2009.
Untuk mengetahui apakah judul tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagai judul penelitian yang baik, maka bisa dilihat dari unsur-unsur yang terdapat di dalam judul penelitian tersebut yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Sifat atau jenis penelitian : Penelitian Korelasi
2) Obyek yang akan diteliti : Motivasi Belajar dan
Prestasi Belajar Bahasa Inggris
3) Subyek Penelitian : Siswa SMU 3 Madiun
4) Lokasi Penelitian : Sekolah SMU 3 Madiun
5) Waktu Penelitian : Tahun Ajaran 2004-2005
d. Merumuskan Aggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
1) Anggapan Dasar
Anggapan dasar atau postulat menurut Winarno Surakhmad di dalam Suharsimi Arikunto (1998: 60) adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Setiap peneliti dapat merumuskan postulat sendiri-sendiri yang bersifat sangat subyektif. Seorang peneliti mungkin masih meragukan suatu anggapan dasar yang oleh peneliti lain sudah diterima sebagai suatu kebenaran. Dari contoh Judul penelitian di atas anggapan dasar penelitian antara lain dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Siswa SMUN 3 Madiun mendapatkan mata pelajaran Bahasa Inggris.
b) Motivasi belajar siswa SMUN 3 Madiun bervariasi.
c) Prestasi belajar siswa SMUN 3 Madiun bervariasi.
1) Hipotesis Penelitian
Pengertian = jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan kebenarannya di lapangan. Berasal dari kata hipo = lemah dan thesis = kebenaran. Hipotesis diturunkan dari kajian teoretik yang dijembatani penyusunannya oleh kerangka berpikir
Macam = hipotesis nol (Ho) = menyatakan ketiadaan, dan hipotesis alternatif (Ha/H1) = menyatakan ke-adaan. 
Dari contoh judul penelitian di atas, hipotesis penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis Nol (Ho) : 
Tidak ada korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMU 3 Madiun Tahun Ajaran 2004-2005.
Hipotesis Alternatif (Ha/H1): 
Ada korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMU 3 Madiun Tahun Ajaran 2004-2005
Contoh Ho = “Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti les dengan siswa yang tidak mengikuti les”
Contoh H1 = “Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti les dengan siswa yang tidak mengikuti les”
Hipotesis diperlukan pada penelitian yang bersifat inferensial pertautan antara dua variabel atau lebih. 
Susunan hipotesis hendaknya = menggunakan kalimat deklaratif, pertautan antara 2 variabel, jelas dan padat, serta memungkinkan untuk diuji.
Penelitian yang mengkaji pertautan dua variabel, membutuhkan satu hipotesis (“Ada …..antara variabel A dengan variabel B”). Penelitian yang mengkaji pertautan tiga variabel, membutuhkan tiga hipotesis = (1) “Ada …..antara variabel A-1 dengan variabel B”, (2) “Ada ….. antara variabel A-2 dengan variabel B”, (3) “Ada interaksi antara A-1 dan A-2 dalam memberikan pengaruh kepada B”
Penelitian deskriptif-kualitatif-eksploratif biasanya tidak memerlukan hipotesiskarena jenis penelitian ini cenderung bersifat menggali satu variabel saja. Peneliti cukup melaporkan secara deskriptif hasil galian itu baik dalam angka-angka maupun uraian kalimat. Contoh = “studi tentang kemampuan menulis karangan argumentasi siswa SD Bringin kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2002-2003”. Ingat dalam mata kuliah statistik disebutkan “statistik deskriptifhanya bertugas mengumpulkan-menata-menginterpretasi data, tidak sampai pada penyimpulan”. Penyimpulan hanya terjadi pada statistik inferensial. 
e. Memilih Pendekatan (Metode dan Rancangan Penelitian)
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk penelitian, antara lain:
Metode survei = metode untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Metode komparasional = metode penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
Metode eksperimen = metode observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti.

Metode sejarah = metode penelitian yang menyelidiki secara kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pemahaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari mana sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
Metode deskriptif = metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Metode studi kasus = metode penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.
Ada satu metode yang biasa dipakai oleh mahasiswa jurusan sastra dalam melakukan penelitian literer / studi sastra, yaitu “Metode analisis isi / content analysis”. Metode ini dapat dipadukan dengan metode kualitatif, desktiptif, dan teori kritik / apresiasi sastra.
Dan lain-lain (silahkan baca = Moh Nasir “Metode Penelitian”, 1999:55-98)
Rancangan penelitian dapat didesain sesuai dengan pola hubungan antar variabel. Untuk itu, rancangan penelitian dapat berupa = penelitian eksperimental, deskriptif, korelasional, dan lain sebagainya. Pada intinya rancangan penelitian dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu = studi tentang hubungan dan studi tentang perbedaan. Pola dari dua kelompok itu digambar dalam diagram sebagai berikut:

Hubungan:
X-1
(Interaksi antara X-1 dan X-2 terhadap Y)
X-2

Y
(diagram di atas merupakan desain koresional  pertautan 3 variabel = 2 variabel bebas yaitu X-1 dan X-2, dan 1 variabel terikat yaitu Y  membutuhkan tiga hipotesis)
X

Y
(Catatan: diagram di atas merupakan desain koresional  pertautan 2 variabel = 1 variabel bebas yaitu X, dan 1 variabel terikat yaitu Y  membutuhkan satu hipotesis)
Perbedaan:

FAKTOR B
B1
B2
FAKTOR A
A1
Y
Y
A2
Y
Y
(diagram di atas merupakan desain faktorial 2 X 2  2 faktor  pertautan 3 variabel = 2 variabel bebas, yaitu A dan B, serta 1 variabel terikat yaitu Y  membutuhkan 3 hipotesis)
FAKTOR A
A-1
A-2
A-3
A-4
Y
Y
Y
Y
(diagram di atas merupakan desain 1 faktor  pertautan 2 variabel = 1 variabel bebas yaitu A yang terdiri dari 4 jenis perlakuan, dan 1 variabel terikat yaitu Y  membutuhkan 1 hopotesis)
f. Menentukan Variabel dan Sumber Data
1) Variabel Penelitian
Variabel adalah fenomena yang merupakan objek penelitian, yaitu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, yaitu sumber dari mana data diambil. Contoh = jenis kelamin (punya nilai laki-laki dan perempuan), berat badan (punya nilai ringan, sedang, berat)
Macam Variabel:
Variabel kontinu, yaitu variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas. Contoh = berat (75,09 kg., 76,14 kg., 80,00 kg.)
Variabel descreteatau variabel kategori yaitu variabel yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma, variabel ini bersifat dikotomis (dua kategori). Contoh = Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), status perkawinan (kawin dan belum kawin). Variabel yang nilainya lebih dari dua disebut variabel politom. Contoh = tingkat pendidikan (SD, SLTP, SLTA)
Variabel independent(bebas) = variabel anteseden, yaitu variabel yang secara bebas dapat dimanipulasi oleh peneliti (dalam penelitian eksperimen), secara bebas diambil oleh peneliti (sebagai in put) dan dapat mempengaruhi variabel terikat (dalam penelitian eksperimen atau ex post facto). Variabel dependent (terikat) = variabel konsekuen, yaitu variabel yang kondisinya merupakan akibat (out put) dari variabel bebas, bergantung pada perilaku variabel bebas.
Variabel moderator, yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependent tetapi tidak utama.
Variabel random, yaitu variabel lain kecuali moderator yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependent.
Variabel aktif, yaitu variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti (yang aktif mempengaruhi variabel terikat).
Variabel atribut, yaitu variabel yang tidak dapat dimanipulasikan oleh peneliti karena karakternya melekat pada objek / manusia. Contoh = intelegensi, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dll.
a) Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran merupakan kegiatan penetapan atau pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu.
Macam-macam ukuran:
Ukuran nominal= adalah ukuran di mana angka hanya sebagai label saja, tidak menunjukkan tingkatan apa-apa. Contoh = 1 (pria); 2 (wanita); 0 (banci)
Ukuran ordinal = adalah ukuran di mana angka menyatakan tingkatan, tetapi tidak memberikan nilai absolut. Ukuran ini hanya digunakan untuk mengurutkan / merangking objek dari rendah ke tinggi. Skala rangking bukanlah skala yang mempunyai interval yang sama. Contoh = 1 (25), 2 (60), 3 (65), 4 (95)
Ukuran interval= adalah ukuran di mana angka menunjukkan suatu tingkatan, tidak memberi nilai absolut. Ukuran ini menyatakan bahwa interval antara angka-angka tersebut sama besarnya / jaraknya. Contoh nilai tes = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Ukuran rasio= adalah ukuran di mana angka menunjukkan suatu tingkatan dan memberi nilai absolut. Ukuran ini mempunyai titik nol. Angka menunjukkan nilai yang sebenarnya dari objek yang diukur. Contoh = jika ada 4 bayi: A, B, C, D mempunyai berat badan 1 kg, 3 kg, 4 kg, 5 kg, maka ukuran rasionya dapat digambarkan bahwa = 0 = 0, 1 = A, 2 = 0, 3 = B, 4 = C, 5 = D
Teknik analisis statistik yang digunakan bagi sebuah penelitian kuantitatif, sangat ditentukan oleh ukuran dari setiap variable penelitian yang digunakan.
Devinisi operasional variabel adalah devinisi berdasarkan sifat yang diamati sesuai indikator-indikator yang ditentukan oleh peneliti. Contoh= Status sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat atau kedudukan orang tua siswa dalam bidang ekonomi. Status sosial ekonomi tersebut diungkap dengan indikator-indikator yaitu: jenis/macam pekerjaan, jenjang pendidikan, masa kerja, ruang golongan gaji, jabatan struktural, instansi kerja, besar gaji dan tunjangan tiap bulan, fasilitas hidup.
Penyusunan devinisi operasional variabel yang berdasarkan pada sifat dan indikator ini dapat disusun dengan logika berpikir kritis, pengetahuan ilmiah dan pengalaman empiris (Nana Sujana, 1990:14).
Devinisi operasional variabel berfungsi untuk mempertajam pemahaman konsep dan ruang lingkup variabel-variabel yang diambil peneliti sendiri, agar menjadi pedoman operasional bagi peneliti pada saat melaksanakan penelitian.
2) Sumber Data
a) Pengertian Data
Data adalah keterangan mengenai sesuatu yang berbentuk angka-angka dan mungkin bukan angka-angka (kuantitatif maupun kualitatif)
b) Populasi dan Sampel
Populasi = semua anggota dari kelompok manusia, kejadian, barang, data yang merupakan objek penelitian
Sampel = sebagian kecil dari populasi yang harus mewakili / representatif
Jumlah sampel dapat ditentukan dengan berbagai kriteria. Donald Ary menyebut 10 – 20 persen atau lebih (lihat Terj. Arief Furchon, 1982:198). Jika jumlah objeknya kecil (kurang dari 30 orang) sebaiknya menggunakan sampel total (sensus), artinya semuanya dijadikan objek penelitian.
Macam-macam teknik sampling (teknik penentuan sample):
Random sampling = teknik pengambilan sampel di mana semua anggota populasi mempunyai hak / kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara (1) undian = dengan gulungan kertas, (2) ordinal = setelah ditentukan jumlah sampel 200 orang dari 1000 orang (jadi seper lima-nya), maka kita buat 5 gulungan kertas diberi angka 1, 2, 3, 4, 5. Kita ambil satu gulungan, jika jatuh nomor 3, maka angka pertama dimulai dengan nomor 3, lalu = 8, 13, 18, 23, dan seterusnya. (3) dengan tabel bilangan random, yaitu dengan menjatuhkan ujung pensil.
Sampel berstrata (stratified sampling) = teknik ini digunakan jika peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkat-tingkat atau strata. Setelah ditentukan tiap-tiap stratanya (yang mewakili populasi), lalu tiap strata diambil secara random. Contoh = tingkat pendidikan, strata umur, strata kelas, dll.
Sampel wilayah (area sampling) = teknik ini digunakan jika peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas area-area atau wilayah-wilayah. Setelah ditentukan tiap-tiap wilayahnya (yang mewakili karakter seluruh wilayah), lalu tiap wilayah diambil secara random. Contoh = dari 34 provinsi di Indonesia diambil beberapa propinsi yang mencerminkan keberhasilan KB di Indonesia.
Sampel proporsi (proportional sampling) = teknik ini mirip sampel berstrata atau area dan tiap tiap bagian diambil secara proporsional dalam persen yang telah ditentukan. Setelah ditentukan tiap-tiap wilayahnya atau stratanya (yang mewakili karakter seluruh wilayah atau strata), lalu tiap bagian diambil secara random berdasarkan jumlah proporsi yang ditentukan peneliti. Sehingga sampel ini dapat digabung menjadi = stratifief proporsional random sampling atau area proporsional random sampling.
Sampel bertujuan (purposive sampling) = teknik ini digunakan karena peneliti mempunyai tujuan tertentu atas beberapa pertimbangan peneliti. Pertimbangan itu antara lain misalnya = keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Meskipun demikian, peneliti harus mempertimbangkan bahwa = sampel harus mewakili, sampel harus benar-benar diambil dari subjek yang banyak mengandung ciri-ciri yang ada pada populasi (key subject).
Sampel kuota (Quota sampling) = teknik ini digunakan jika peneliti telah menentukan jumlah tertentu yang akan diambil sebagai sampel. Yang penting adalah memenuhi quota tertentu yang ditetapkan dan representatif.
Sampel kelompok (Cluster sampling) = teknik ini digunakan jika peneliti merasa bahwa populasinya terdiri dari kelompok-kelompok yang setara, misalnya = petani, pegadang, nelayan, ABRI, pegawai, dll. Sampel tetap diambil secara representatif.
g. Menentukan dan Menyusun Instrumen
Intrumen penelitian dibuat dengan menyesuaikan teknik pengambilan data yang dipilih.
Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
Validitas = menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat ukur secara ajeg mengukur apa yang diukurnya (Donald Ary, 1982:281).
Ada beberapa jenis validitas = (1) validitas isi = sejauh mana instrumen mencerminkan isi yang dikehendaki. Validitas ini sering disebut validitas kurikulum karena suatu tes disusun berdasarkan kurikulum. (2) Validitas bangun pengertian = menunjuk kepada apa unsur-unsur yang membentuk pengertian itu dan sejauh mana hasil tes dapat ditafsirkan menurut bangunan pengertian itu. Untuk menyusun bangun pengertian (yang lalu berwujud indikator-indikator) ini peneliti dapat menggunakan logika berpikir, pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan empiris (Nana Sujana, 1990:14). (3) Validitas muka = berhubungan dengan penilaian para ahli terhadap suatu alat ukur. Valid kalau telah diperiksa oleh seorang ahli (pembimbing). (4) Validitas empiris = valid jika telah diujicobakan di lapangan. (5) dan lain-lain.
Validitas empiris dapat diukur secara internal dan secara eksternal. Secara internal instrumen penelitian akan diukur tingkat kesulitannya dan tingkat daya bedanya. Secara eksternal, hasil uji cobanya akan dibandingkan dengan nilai standar. Ada banyak rumus statistik yang dapat digunakan untuk melakukan komputasi guna mengetes validitas ini = antara lain rumus korelasi product moment. Daya beda dan tingkat kesulitan dapat dikomputasi dengan metode Flanagan
Reliabilitas diukur dengan teknik = test-retest, split-half, tes paralel. Dan komputasinya dapat dengan rumus statistik korelasi product moment.
h. Mengumpulkan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk menjaring data yang diperlukan sesuai dengan sampel yang telah ditentukan. Macam-macam teknik sebagai berikut:
Interview atau wawancara. Dalam wawancara diperlukan panduan atau pedoman wawancara, yaitu kisi-kisi yang berisi butir-butir pertanyaan agar wawancaranya terarah. Wawancara dapat dilakukan secara terbuka/bebas (mendalam = in-depth interviewing) atau tertutup (dengan jawaban ya-tidak atau dengan tanda checking)
Observasi. Sama dengan wawancara juga diperlukan kisi-kisi observasi sehingga observer dapat mencatat gejala secara terurai atau membubuhkan tanda checking.
Dokumentasi, yaitu teknik mengambil data dengan memeriksa dokumen-dokumen yang telah ada sebelum penelitian berlangsung.
Qoessioner atau angket. Sama dengan interview atau observasi, angket juga dibuat dengan kisi-kisi yang ditentukan oleh indikator-indikator atau diskriptor-diskriptor. Ingatlah bagaimana menyusun indikator (lihat Nana Sujana, 1990:14).
Tes, dan lain-lain
i. Menganalisis Data
Ada dua tahap dalam menganalisis data kuantitatif:
1) Analisis deskriptif yang menganalisis pendeskripsian data dengan menyajikan: distribusi frekuensi. nilai median, mean, modus, standar deviasi, histogram dan poligon;
2) Analisis inferensial yang macamnya terdiri antara lain sebagai berikut:
Uji beda dua rata-rata = yaitu pembandingan dua rata-rata yang menguji 3 macam hipotesis yaitu (a) ada berbedaan VS tidak ada perbedaan, (b) lebih besar VS lebih kecil, (c) lebih kecil VS lebih besar. Pilihlah jenis hipotesis sesuai dengan desain penelitian yang dilakukan.
Teknik komputasi statistik yang dapat digunakan untuk uji beda dua rata-rata ialah t-test atau z-test. Untuk uji beda lebih dari dua rata-rata menggunakan Anava (analysis of variance) baik satu jalan maupun dua jalan
Korelasi= yaitu teknik analisis statistik yang menguji ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Ada yang berpendapat bahwa uji korelasi ini dipakai untuk menguji hubungan dua variabel atau lebih yang peneliti tidak tahu mana yang variabel aktif dan mana yang variabel pasif.
Regresi= yaitu teknik analisis statistik yang menguji ada atau tidak adanya sumbangan (kontribusi) variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikatnya. Uji regresi ini dapat regresi sederhana (1 prediktor) dan regresi ganda (2 atau lebih prediktor)
Chi Kuadrat, dan lain sebagainya
Hasil analisis data.
Bagian ini merupakan bagian yang beriisi laporan hasil komputasi. Jadi, daftar data mentah (daftar nilai dalam tabel, misalnya) hendaknya tidak ditulis di sini, tetapi diletakkan dalam lampiran.
Catatan = untuk teknik analisis statistik ini silahkan baca “Metoda Statistika” (Sudjana, 1982, Bandung: Tarsito), dan buku-buku statistik lainnya “seperti tulisannya Sutrisno Hadi” yang dipandu dalam mata kuliah “Statistik”.
j. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan adalah hasisl dari suatu proses tertentu, yaitu menarik dalam arti memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, kesimpulan penelitian harus selalu mendasarkan diri pada semua data yang diperoleh dari kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data. Oleh karena itu kesimpulan tidak dapat lepas dari problematic dan hipotesis penelitian.
Contoh:
Problematik:
Adakah korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMU 3 Madiun Tahun Ajaran 2004-2005?
Hipotesis:
Ada korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMU 3 Madiun Tahun Ajaran 2004-2005.
Kesimpulan:
Ada korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMU 3 Madiun Tahun Ajaran 2004-2005.

Posting Komentar

0 Komentar