BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang menyadari dan memahami makna strategisnya pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan menguasai dunia.
Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan. Dari perspektif politik, pendidikan dipandang sebagai langkah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) warga yang taat aturan, beradab, bertanggung jawab, dan memahami hak dan kewajiban secara proporsional. Kemudian secara ekonomi, adalah jelas bahwa pendidikan merupakan “human capital investment”.
Pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang dibentuk melalui proses pendidikan berkorelasi positif bagi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Karena itulah, perspektif ekonomi menyakini bahwa hanya lewat upaya pendidikan kesejahteraan ekonomi dapat dibangun. Kemudian dari perspektif filosofis, bahwa pendidikan merupakan upaya humanisasi yang sesungguhnya. Melalui pendidikan maka manusia dibentuk, dikonstruksikan dan diarahkan agar menjadi manusia sesungguhnya (humanized human being), makhluk rasional yang memiliki dan memahami nilai humanitas yang berlaku secara universal.
Demikian pula, dari perspektif agama, pendidikan ditempatkan pada posisi tertingi karena fungsinya yang membentuk perilaku teratur sesuai ajaran Tuhan yang diimaninya. Menyadari penting dan strategisnya pendidikan dalam proses dinamika kehidupan manusia, maka para pendiri bangsa kita, telah memberikan perhatian dan kepedulian tinggi terhadap pembangunan pendidikan nasional.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(1) transformasi dan ketrampilan secara langsung;
(2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu;
(3) materi pembelajaran yang telah terstuktur;
(4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan
(5) distruktur oleh guru.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua.
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung atau model pengajaran langsung (direct instruction) bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi prilaku dan teori belajar social khususnya tentang pemodelan (modeling). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perubahan perilaku dalam belajar sebagian besar diperoleh dari pemodelan, yaitu perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran langsung merupakan model pengajaran yang bersifat teacher center.
Tahapan Model Pembelajaran Langsung
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Latihan mandiri. Pada fase ini dilakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Tujuan Model Pembelajaran Langsung
a. Membantu siswa untuk memperolah pengetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana cara menggunakan alat dalam melakukan suatu eksprimen.
b. Membantu untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu penghetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian suatu alat.
2. Model Pembelajaran Kelompok (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” (Isjoni dan Mohd. Arif Ismail, 2008: 150). pembelajaran kooperatif (cooperative learnig) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat samapai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. model cooperative learning adalah sebuah model pembelajaran yang membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan maksud agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama dalam sebuah kelompok untuk menyelesaikan tugas secara bersama dan saling membantu dalam kelompoknya.
Dalam model pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada tugas-tugas yang diberikan guru untuk diselesaikan bersama dengan anggota kelompoknya, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan tugas.
Prinsip Model Cooperative Learning
Dalam proses pembelajaran yang menerapkan model cooperative learning, peran seorang guru atau pengajar adalah sebagai pembimbing dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan sebagai konselor maupun konsultan dalam membantu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi oleh siswanya. Menurut Udin S. Winataputra mengungkapkan (2001: 36-37) bahwa dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut.
a. Tahap pemecahan masalah.
b. Tahap pengelolaan kelas.
c. Tahap pemaknaan secara perorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Masing-masing kelompok fokus pada subtopik yang menjadi bagian dari kelompoknya. Misalnya kelompok yang mendapat subtopik tentang teknologi produksi bahan makanan pada masa lalu akan membahas dan mencari informasi yang terkait masalah tersebut.
Selanjutnya bagaimana masing-masing kelompok melakukan upaya untuk mencari pemecahan dari masalah yang ada dalam kelompoknya. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Pada tahap ini masing-masing kelompok melakukan perencanaan kelompok yang berkaitan dengan bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ada dalam kelompoknya, kemudian informasi apa saja yang akan digunakan dimana informasi tersebut dapat diperoleh di lingkungan sekitar siswa.
Tahap pemaknaan secara perorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulanyang dibuatnya, dan apa yang membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut. Setelah memperoleh informasi dari berbagai sumber langkah selanjutnya adalah melakukan diskusi, menganalisis dan menyimpulkan. Karena dalam model cooperative learningsiswa membangun pengetahuannya sendiri melalui belajar dalam kelompok, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing siswanya maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna, dan siswa dapat memperoleh pengalaman yang lebih melalui proses belajarnya daripada siswa yang belajar secara individual.
Langkah-Langkah Model Cooperative Learning
Menurut Sharan, dkk. (Trianto, 2010: 80), membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut.
a. Memilih topik
Siswa memilih sub-subtopik tertentu dalam bidang bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis.
b. Perencanaan kooperatif.
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi.
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan.
d. Analisis dan sintesis.
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh sekelas.
e. Presentasi hasil final.
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi.
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evalusi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
BAB III PEMBAHASAN
Pola pembelajaran lagsung masih banyak dipakai oleh masyarakat, terutama dalam hal transformasi ilmu dan teknologi oleh dinas atau instansi terkait yang ingin memberikan penyuluhan kepada masyarakat/petani. Di Pariaman, khususnya kelurahan Ujung Batung dan sekitarnya masyarakat disana sering mendapatkan pembelajaran dengan pola pembelajaran langsung ini.Sebagai contoh : saat sosialisasi dalam peningkatan tanaman sayur-sayuran khususnya mentimun, instansi terkait datang kepada kelompok tani dimana kelompok tani tersebut dikumpulkan pada suatu ruang tertentu, disana telah hadir pejabat-pejabat pemerintahan dengan seperangkat penyuluhnya untuk memberikan pemaparan mengenai tata cara budidaya tanaman mentimun hingga aspek pemasarannya.
Dari hasil pengamatan saya mengenai pola pembelajaran yang berorientasi pada tujuan tertentu, materi yang telah ditentukan,penggunaan media seperti infocus dan laptop, lingkungan pembelajaran terstruktur serta di instrukturi oleh “guru” yang dalam hal ini adalah penyuluh dari dinas pertanian setempat, maka penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran ini masih tergolong dalam pola pembelajaran langsung. Pada Model pembelajaran kelompok dapat kita ambil contoh seperti program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah tempat pembelajaran dalam bentuk berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana, dan segala potensi yang ada di sekitar lingkungan kehidupan masyarakat, agar masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan danmemperbaiki taraf hidupnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini merupakan salah satu alternatif yang dipilih dan dijadikan sebagai ajang proses pemberdayaan masyarakat.
Hal ini selaras dengan adanya pemikiran bahwa dengan melembagakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, maka akan banyak potensi yang dimiliki oleh masyarakat yang selama ini belum dikembangkan secara maksimal. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat diarahkan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut menjadi bermanfaat bagi kehidupannya. Agar mampu mengembangkan potensi-potensi tersebut, maka diupayakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di PKBM bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai basis pendidikan bagi masyarakat perlu dikembangkan secara komprehensip, fleksibel, dan beraneka ragam serta terbuka bagi semua kelompok usia dan anggota masyarakat sesuai dengan peranan, hasrat, kepentingan , dan kebutuhan belajar masyarakat. Oleh karena itu, jenis pendidikan yang diselenggarakan dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) juga beragam sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan pembelajaran masyarakat.
BAB IV KESIMPULAN
Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat.
Ada 2 model pembelajaran yang banyak dipakai saat ini yakni model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kelompok.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
Sedangkan pembelajaran kooperatif (cooperative learnig) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat samapai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Contoh kasus pada pembelajaran langsung adalah pada penyuluhan yang bersifat searah/linier dimana tidak ada umpan balik dari masyarakatnya, sedangkan contoh pembelajaran kooperatif adalah pada kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Masyatakat (PKBM.
Daftar Pustaka
Arifianto,RA. Peningkatan Mutu Pembelajaran Ips Dengan Model Learning Community Disd Muhammadiyah Sagan Yogyakarta tahun Ajaran 2008/2009 Haryanto.Membangun Kesadaran Kritis melalui Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
0 Komentar