BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.
Menurut Mosher (1968) usahatani adalah: suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya.
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif untuk tujuan keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis.
Analisis usahatani mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input (Soekartawi, 2002).
Analisa usahatani merupakan salah satu cara untuk membandingkan biaya dan pendapatan dari kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh petani. Usahatani dikatakan beruntung apabila pendapatan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Keberhasilan suatu usahatani tergantung dari faktor-faktor di dalam usahatani dan di luar usahatani.
Dalam melakukan analisis usaha tani, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usaha tani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti.
· Keunggulan komparatif (comparative effect)
· Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns)
· Subsitusi (subsitution effect)
· Pengeluaran biaya usaha tani (farm expenditure)
· Biaya yang diluangkan (opportunity cost)
· Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan)
· Baku-timbang tujuan (goal trade-off)
Maksud dari tujuh macam analisis usahatani tersebut pada dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaman suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek.
Dalam, kegiatan usahatani umumnya petani berfungsi rangkap, yaitu sebagai pekerja yang melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam usahatani, serta sebagai manajer/pengelola yang memimipin dan memutuskan segala sesuatu dalam usahatani dan sebagai pemilik modal.
Dalam melakukan usahatani padi sawah analisis usahatani dalam hal ini analisis biaya, pendapatan dan manfaat merupakan awal dalam menentukan sikap untuk melakukan budidaya padi sawah. Analisis perhitungan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai produksi dan harga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam berusahatani.
Sebelum melakukan analisis usahatani perlu kita ketahui beberapa hal menyangkut analisis ini, yaitu:
- Usahatani adalah suatu jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan pada peningkatan produksi.
- Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diterima pada akhir produksi dengan biaya riil (tunai) yang dikeluarkan selama proses produksi.
- Penerimaan usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan produksi dengan harga yang berlaku saat itu.
- Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi. Dalam hal ini biaya diklasifikasikan ke dalam biaya tunai (biaya riil yang dikeluarkan) dan biaya tidak tunai (diperhitungkan).
- Keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total (biaya tunai dan tidak tunaiatau biaya tetap & tidak tetap atau fixed cost & variable cost).
- Kepala rumah tangga adalah seorang pria atau wanita yang dianggap bertanggung jawab dalam rumah tangga itu oleh anggota rumah tangga.
- Satu musim adalah 100 – 120 hari, terhitung dari saat awal pengolahan tanah sampai dengan panen terakhir.
Secara umum analisis usahatani atau kelayakan suatu usahatani dapat dilakukan secara finansial dan ekonomi. Secara finansial harga-harga yang menjadi patokan/ acuan adalah harga riil atau harga pasar.
Umumnya harga-harga ini mendapatkan pengaruh dari distorsi pasar, misalnya subsidi dan pajak. Adapun jika menggunakan analisis secara ekonomi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi distorsi pasar seperti subsidi dan pajak, tersebut harus dihilangkan. Dengan kata lain pendekatan harga dalam analisis ekonomi menggunakan harga bayangan (shadow price).
Gittinger (1986)mengemukakan bahwashadow pricemerupakan merupakan harga yang terjadi dalam perekonomian pada keadaan persaingan sempurna dan kondisi keseimbangan. Kondisi biaya imbangan sama dengan harga pasar sulit ditemukan, maka untuk memperoleh nilai yang mendekati biaya imbangan atau harga sosial perlu dilakukan penyesuaian terhadap harga pasar yang berlaku.
Secara finansial apabila harga-harga pasar telah diperoleh, maka kita harus menentukan harga mana yang akan dipakai. Dua alternatif utama adalah harga jual bersih di tingkat petani dan harga beli yang dibayar rumah tangga. Karena analisis usahatani mengukur penampilan usahatani sebagai system, maka sebagai dasar untuk menilai produk yang tidak berbentuk uang tunai biasanya dipakai harga jual bersih (Soekartawi et al.1986). Dalam penetapan harga pasar suatu input maupun output usahatani, cara yang baik adalah dengan mencari harga pada saat penjualan pertama (point for first sale). Jika saat penjualan pertama terjadi pada pasar yang relatif bersaing sempurna, maka harga-harga tersebut dapat menjadi perkiraan yang baik untuk nilai finansial maupun ekonomi (Gittinger, 1986).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi
2.1 SYARAT TUMBUH
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan.. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
2.2 PERSIAPAN LAHAN
Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air.
Pengolahan tanah dilakukan dua tahap. Setelah pengolahan tahap pertama, tanah digenangi, agar zat beracun terpisah dari tanah. Tinggi air genangan berkisar antara 5-10 cm. Untuk mengatur tinggi air genangan dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran air. Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan dua minggu setelah pengolahan pertama.
Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
Pembersihan
Galengan sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.
Galengan sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.
Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah (Anonimb, 2008). Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar. Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul.
Pencangkulan
Setelah dilakukan perbaikan galengan dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah.
Pembajakan
Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan–bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi.
2.3 PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati.
Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 15-30 Kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya.
Bedengan persemaian dibuat seluas 100 m2/20 Kg. lahan untuk persemaian ini sebelumnya harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan tanah. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak-petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air.
Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan.
Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu, 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg KCL.
2.4 PENANAMAN
Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat umur 20–25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam, Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit, Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3-4 cm.
Cara Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
Untuk keberhasilan usahatani padi di lahan pasang surut berikut ini dianjurkan varietas-varietas yan ditanam menurut berbagai tipe lahan dan musim. Di lahan pasang surut yang bertipe luapan A dan B, padi sawah dapat diusahakan dua kali setahun.
Waktu tanam yang dilakukan:
· Musim tanam pertama, penanaman dilakukan pertengahan Oktober sampai awal November.
· Musim tanam kedua, penanaman dilakukan pertengahan Maret sampai awal April.
2.5 PEMUPUKAN
Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang ditanam.
Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea 250 -300 kg, SP36 75 -100 kg, dan KCL 50 -100 kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari.
2.6 PENYIANGAN
Perawatan dan pemelihraan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan budidaya padi sawah. Hal-hal yang sering dilakukan oleh para petani adalah penyiangan (pengendalian gulma).
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang hidup bersama tanaman yang dibudidayakan. Penyiangan dilakukan 2 tahap, tahap pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 15 hari dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur 30-35 hari. Penyiangan yang dilakukan adalah dengan cara mencabut gulma dan dimatikan dengan atau tanpa menggunakan alat dan kemudian dipendam dalam tanah, biasanya penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan dengan kegiatan penyulaman.
2.7 PERLINDUNGAN TANAMAN
Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi, walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan.
2.8 PANEN
Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur.
Panen padi untuk konsumsi biasanya dilakukan pada saat masak optimal. Adapun panen padi untuk benih memerlukan tambahan waktu agar pembentukan embrio gabah sempurna .
Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110–115 hari setelah tanam.
Kriteria tanaman padi yang siap dipanen adalah sebagai berikut :
· Umur tanaman tersebut telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi varietas tersebut.
· Daun bendera dan 90% bulir padi telah menguning.
· Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas.
· Butir gabah terasa keras bila ditekan.Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila di gigit.Biasanya gabah tersebut memiliki kadar air 22-25%.
· Bila digigit gabah patah.
Cara panen berbeda-beda tergantung kebiasan serta tingkat adopsi teknologi petani. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang padi dipotong pada bagian bawah, tengah, atau atas dengan menggunakan sabit (arit). Gabah hasil panen kemudian dirontokan di sawah. Keterlambatan perontokan dapat menunda kegiatan pengeringan dan dimungkinkan gabah berbutir kuning.
Cara perontokan yang dipakai para petani dengan cara dihempaskan. Setahap demi setahap batang padi yang telah dipotong dihempas pada kayu atau kotak gebug agar gabah terlepas dari malai dan terkumpul di alas. Hempasan diulang 2–3 kali sehingga tidak ada gabah yang tertinggal di malai. Jerami kemudian ditumpuk di tempat yang lain (Junandar, 2008).
BAB III
METODE
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2011 tepatnya di jorong Pasar Usang Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Pada praktikum ini kami mewawancarai seorang petani responden dengan data sebagai berikut :
Nama : Syawal
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : SMA
M.Pencarian Pokok : Pedagang
M.Pencarian Sampingan: Petani
Jumlah Tanggungan : 3 orang
3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun cara pengumpulan data pada praktiku ini adalah dengan cara mendatangi petani responden secara langsung di sawahnya. Dan kemudian dilakukan wawancara sesuai dengan kuisioner yang telah ada.
3.3 ANALISIS DATA
Adapun cara menganalisis data pada praktikum ini dengan cara mengisi kuisoner dan tabulasi data.
BAB IV
HASIL
4.1. BUDIDAYA
4.1.1 Identitas Petani Padi
Nama : Syawal
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : SMA
M.Pencarian Pokok : Pedagang
M.Pencarian Sampingan: Petani
Jumlah Tanggungan : 3 orang
Luas lahan : 400 m2 atau 0,04 ha
4.1.2 Tekink Budidaya
A. Pengolahan lahan
Dari hasil wawancara dengan petani responden yang bernama Syawal, diperoleh data bahwa untuk mengolah lahannya digunakan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 3 orang dengan masing-masingnya 1 HKP. Pengolahan lahannya masih dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul untuk mengubah tanah yang awalnya keras dan datar menjadi berlumpur.
B. Persemaian
Persemaian dilakukan dengan menabur benih yang sebelumnya telah di rendam selama 2 x 24 jam dan telah berkecambah. Benih yang digunakan sebanyak 1 kg. benih ditabur di tempat persemaian secara merata. Kegiatan persemaian ini dilakukan sendiri oleh bapak syawal selama 1 jam.
C. Penanaman
Penanaman dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja wanita luar keluarga selama 1 hari kerja. Penanaman ini dilakukan setelah 30 hari setelah disemaikan dan ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm. jumlah benih yang ditanam per lobang tanam sebanyak 5 batang
D. Pemupukan
Pemupukan ini dilakukan sendiri oleh bapak syawal ini dan tidak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan karena untuk memupuk Cuma dibutuhkan 1 jam saja. Pemupukan ini dilakukan 2 kali. Total pupuk yang digunakan adalah pupuk urea 20 kg dan pupuk NPK 5 kg.
Cara pemupikan dilakukan dengan cara menabur pupuk ke lahan usahatani yang sedang diusahakan.
E. Perlindungan tanaman
Untuk perlindungan tanaman dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida pastak ke tanaman dengan dosis 2 sendok pestisida yang telah diencerkan dengan 12 liter air.
Penggunaan pestisida ini dilakukan oleh petani ini selam 2 jam kerja dengan tujuan untuk membasmi serangan hama werwng coklat pada tanaman padi yang sedang diusahakannya.
F. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja wanita luar keluarga sebanyak satu orang dan satu hari kerja. Penyiangan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan dengan bantuan alat berupa sabit.
Penyiangan dilakukan untuk membuang gulma-gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang sedang dibudidayakan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Gulma dicabut dengan tangan atau bisa juga dengan menggunakan alat berupa sabit, kemudian culma tersebut ditanam/dimasukkan ke dalam tanah agar gulma tersebut mati dan dapat berfungsi sebagai penambah bahan organic dalam tanah sehingga efeknya juga akan menambah kesuburan tanah.
G. Panen
Panen dilakukan setelah padi sudah hampir semuanya menguning. Dengan 400 m2 luas lahan diperoleh hasil panen sebanyak 150 kg. proses panen masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara yang pertama dengan memotong batang padi dengan menggunakan sabit. Kemudian dilakukan pemisahan antara bulir-bulir padi dengan batangnya dengan cara dihempaskan ke sebuah alat penampung yang bernama “tongkang”. Kemudian dilakukan penganginan padi dengan menggunakan pompa untuk memisahkan antara padi yang berisi dengan padi yang kosong serta daun-daun padi yang ikut terbawa.
4.2. ANALISA PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
No | Uraian | jumlah |
1 | Produksi | 150 kg |
2. | Harga | Rp. 5000 |
3. | Penerimaan | Rp. 750.000 |
4. | Biaya Yang dibayarkan | |
a. Pupuk urea 20 kg x Rp. 3600 | Rp. 72.000 | |
b. Pupuk NPK 5 kg x Rp. 8000 | Rp. 40.000 | |
c. Pestisida | Rp. 4.000 | |
d. TKLK 3 HKP x Rp. 40.000 | Rp. 120.000 | |
e. TKLK 3 HKW x 35.000 | Rp. 105.000 | |
f. Panen 3 x 7% produksi | Rp. 157.500 | |
Total Biaya yang dibayarkan | Rp. 498.500 | |
5. | Biaya yang diperhitungkan | |
a. Bibit 1 kg | Rp. 5000 | |
b. Sabit 25.000/5/2 | Rp. 2500 | |
c. TKDK 0,5 HKP | Rp. 20.000 | |
d. Biaya/ sewa lahan 10% produksi | Rp. 75.000 | |
Total biaya yang diperhitungkan | Rp. 102.500 | |
6. | Total biaya (4) +(5) | Rp. 601.000 |
7. | Biaya persatuan (6) / (1) | Rp. 4.007 |
8. | Pendapatan (3) – (4) | Rp. 251.500 |
9. | Keuntungan (3) – (6) | Rp. 153.000 |
10. | R/C Ratio (8)/(6) | 0.43 |
KETERANGAN :
· Jumlah Pupuk urea yang digunakan adalah 20 kg dan harga 1 kg pupuk urea adalah Rp. 3600,-
· Jumlah Pupuk NPK yang digunakan sebanyak 5 kg dan harga tiap kilogramnya adalah Rp. 8000,-
· Pestisida yang digunakan bermerk “pastak”. Harga 1 botol ukuran 250 ml adalah Rp. 27.000,- sedangkan dosis yang digunkan untuk 1 kali pakai adalah 2 sendok makan. 1 botol dapat digunakan untuk 7 kali penyemprotan. Jadi biaya yang dibutuhkan untuk 1 kali penyemprotan pestisida ini adalah Rp. 27.000,-/7 dan diperoleh hasil sekitar Rp. 4.000,-
· TKLK pria yang dibutukan sebanuak 3 HKP. Upah yang diberikan untuk 1 HKP sebanyak Rp. 40.000,-
· TKLK wanita yang dibutuhkan sebanyak 3 HKW dan upah untuk 1 HKW dibayarkan sebanyak Rp. 35.000,-
· Panen dilakukan oleh 3 orang. Sedangkan upah panennya dibayar sebanyak 7% dari produksi yang dihasilkan.
· Alat yang digunakan adalah sabit, sabit ini dibeli seharga Rp. 25.000,- yang memiliki umur ekonomis 5 tahun dan sudah dipakai selama 3 tahun.
· TKDK yang di butuhkan hanya 4 jam kerja atau 0,5 HKP
· Karena lahan milik sendiri maka biaya yang dikeluarkan sebagai Biaya/ sewa lahan dihitung dibiaya yang diperhitungkan sebanyak 10% dari hasil produksi.
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Penggunaan Tenaga Kerja
Pengolahan lahan | persemaian | penanaman | pemupukan | Perlindungan tanaman | penyiangan | panen |
TKLK | TKDK | TKLK | TKDK | TKDK | TKLK | TKLK |
3 HKP | 1,25 HKP | 2 HKW | 0,25 HKP | 1,25 HKP | 2 HKW | 3 |
Keterangan :
TKLK : Tenaga Kerja Luar Keluarga
TKDK : Tenaga Kerja Dalam Keluarga
HKP : Hari Kerja Pria
HKW : Hari Kerja Wanita
1 HKP : 8 jam
Upah 1 HKP : Rp. 40.000
Upah 1 HKW : Rp. 35.000
4.3.2 Kesesuaian Cara Budidaya Dengan Anjuran
no | kegiatan | Cara petani | Menurut anjuran | keterangan |
1. | Pengolahan tanah | 1 kali mencangkul dan pengairan | Pengairan dan dicangkul | Sesuai standar |
2. | Jumlah benih/ ha | 25 kg/ha | 15-30 kg/ ha | Sesuai standar |
3. | Jarak tanam | 30 x 30 cm | 25 x 25 cm | Melebihi standar |
4. | Umer bibit waktu penanaman | 30 hari | 20 – 25 hari | Melebihi standar |
5. | Jumlah benih perlobang tanam | 5 batang | 2-3 batang | Melebihi standar |
6. | Jumlah penyiangan | 2 kali/ musim tanam | 2 kali/ musim tanam | Sesuai standar |
7. | Pupuk urea | 500 kg/ha | 250 – 300 kg/ha | Melebihi standar |
8. | Pemakaian pestisida “pastak” | 2 sendok + 12 liter air | 2 sendok +12 liter air | Sesuai standar |
9. | Jumlah produksi | 3750 kg/ha | 4000-5000 kg/ha | Dibawah standar |
Kalau dilihat dari cara budidaya usahatani padi yang telah dilakukan oleh bapak syawal di lahannya seluas 0,04 itu, tampak bahwa hanya sedikit cara budidaya yang dilakukannya yang sesuai dengan anjuran cara budidaya padi yang benar.
Contohnya dapat kita lihat pada umur penanaman yang melebihi standar sehingga akan mengakibatkan beih tersebut sudah keras dan akan jadi lambat berkembang kalau melebihi hari yang ditentukan. Kemudian jarak tanam dan jumlah tanaman perlobang tanam juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jika jarak tanam terlalu rapat atau jumlah perlobang tanam terlalu banyak maka akan menghambat penyarapan unsure hara pada tanah, sehingga padi tidak dapat berkembang dengan baik.
Selain itu dapat juga kita lihat dari dosis pemakaian pupuk yang terlalu jauh melampaui standar. Pemberian pupuk yang terlalu banyak akan mengakibatkan tanah menjadi keras sehingga akan menjadikan tanaman susah tumbuh dan berkembang karena unsure hara tanah sudah terkuras habis.
Dari banyaknya cara budidaya yang salah dan tidak sesuai dengan standar yang telah dianjurkan, maka hasil produksi yang diperoleh juga tidak akan mencapai jumlah produksi normalnya. Hal ini terbukti dari jumlah produksi yang dihasilkan dari 0,04 ha hanya 150 kg saja. Sedangkan jika dilihat dari jumlah produksi maksimum seharusnya dengan luas lahan 0,04 ha itu adalah antara 160 kg-200 kg. dengan kurangnya jumlah produksi dari standar ini akan menyabakan minimnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang dilakukan.
Rendahnya produksi yang dihasilkan oleh petani responden yang telah diwawancarai dengan nama bapak syawal ini disebabkan oleh karena beberapa factor, yaitu :
· Mata pencarian pokok
Mata pencarian pokok petani responden adalah seorang pedagang yang bisa dianggap sudah mapan, sehingga perhatiannya kepada pekerjaan sampingannya sebagai petani di kesampingkannya. Akibatnya produksi yang dihasilkannya tidak mencapai jumlah yang maksimum dan keuntungan yang diprolehpun sangat tipis sekali.
· Umur petani
Umur merupakan salah satu factor penting dalam mengetahui cara berfikr seseorang. Umur petani responden termasuk umur yang masih produktif. Namun dalam pola pikirnya tidak sampai kepada bagaimana cara mendapatkan keuntungan yang maksimum.
· Jumlah tanggungan
Banyaknya jumlah tanggungan suatu keluarga juga akan menentukan tingkat produktifitas petani dalam berproduksi. Kalau dihiat dari jumlah tanggungan bapak syawal yang terdiri dari satu orang istri dan 2 orang anak dapat dibaca bahwa jumlah kebutuhan mereka akan pangan juga tidak terlalu banyak. Sehingga keinginan untuk meningkatkan produksi juga rendah
· Tingkat pengetahuan berusahatani
Pengetahuan dalam berusahtani juga akan mempengaruhi cara budidaya seseorang. Cara budidaya seseorang dapat dilhat dari jumlah input yang dikeluarkan dan outpot yang diperoleh.
· Jumlah tenaga kerja dalam keluarga
Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga akan dapat meminimalisir biaya yang dibayarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenga kerja luar keluarga juga kan mempengaruhi cara kerja dalam kegiatan usaha tani yang kurang sungguh-sungguah dalam bekerja, sehingga akan terjadi banyak biaya-biaya yang mubazir.
· Tujuan melakukan usaha tani
Tujuan dari petani responden melakukan usaha tani adalah untuk dimakan sehari-hari (subsisten) dan bukan untuk dijual dan mendapatkan keuntungan yang banyak (komersil). Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi yang diperoleh nya sedikit dan tidak mencapai jumlah produksi yang maksimal dan keuntungan yang diperoleh juga rendah.
Penyebab rendahnya produksi yang dihasilkan karena kurangnya keinginan untuk meningkatkan hasil dan keuntungan karena tujuan berusahataninya tidak untuk memperloleh keuntungan yang banyak.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil wawancara dengan petani responden dipeoleh kesimpulan bahwa bapak syawal (51 tahun) seorang petani padi di Jorong Pasar Usang Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok memiliki mata pencarian pokok sebagai pedagang dan petani sebgai mata pencarian sampingannya, dan memiliki 3 orang tanggungan.
Luas lahan yang diusahakan oleh bapak ini adalah 400 m2 dengan status kepemilikan lahan milik sendiri. Dalam budidaya tanaman padi ini bapak syawal banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan cara budidayanya juga banyak yang tidak sesuai dengan standar yang dianjurkan. Sehinnga hal ini menyebabkan kurang maksimimnya jumlah produksi yang dihasilkan dan mengakibatkan kurangnya keuntungan yang diperoleh.
Kalau dilihat dari perhitungan nilai R/C ratio-nya yaitu hanya 0.43 saja dan tidak mencapai 1, kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh bapak Syawal ini kurang layak untuk dilakukan karena rendahnya keuntungan yang diperoleh.
Jika ingin usahatani ini tetap dilakukan dan memperoleh hasil yang maksimal agar layak untuk dilaksanakan maka cara budidaya harus sangat di perhatikan secara detail agar kegiatan budidaya dilakukan sesuai dengan standar yang telah dianjurkan.
Apabila dalam proses budidaya banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, maka harus dilakukan pengawasan yang ketat kepada pekerja agar mereka dapat bekrja denga maksimal dan tidak main-main. Sehingga jumlah input yang dikeluarkan sebanding dengan output yang dihasilkan nantinya.
Analisa usahatani yang dilakukan masih dilakukan dalam skala kecil. Kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahatani dan dalam penganalisaan usahataninya masih lemah. Hal ini, menyebabkan petani kadang mengalami kegagalan dalam melakukan usahataninya serta sedikit mendapat keuntungan.
Kegiatan usahatani yang dilakukan juga secara manual. Serta, pengetahuan petani tentang cara bercocok tanam yang baik juga kurang, petani-petani ini tidak mendapat pengarahan dari PPL dan konteks kegiatan usahatani secara sederhana. Sehingga modal dan tenaga kerja yang digunakan juga sangat sederhana. Komoditi yang dijadikan dalam kegiatan usahatani ini yaitu komoditi padi.
Agar Kegiatan usahatani ini berjalan dengan baik bagi petani diperlukan pengarahan PPL. Hal ini, bertujuan untuk menambah pengetahuan petani dalam kegiatan usahatani. Sehingga, kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, Andi. 2009. Budidaya Padi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Malang. Malang.
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta
Anonima. 2008. Teknik Penggilingan Padi Yang Baik. agribisnis.deptan.go.id.
Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen Pemasaran. Rajawali Pers. Jakarta.
Biro Pusat Statistik, 1996. Survei susut pascapanen MT. 1994/1995 Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas, Bulog, Bappenas, IPB, dan Badan Litbang Pertanian.
Kotler, Philip. 1990. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.
Nugraha, S., A. Setyono dan D.S. Damardjati. 1990b. Penerapan teknologi pemanenan dengan sabit. Kompilasi hasil penelitian 1988/1989. Pascapanen Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Setyono A., dan A. Hasanuddin. 1997. Teknologi pascapanen padi. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan di BPLPP Cibitung, tanggal 21 s/d 25 Juli 1995.
Totok Mardikanto dan Arip Wijianto. 2005. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Jurusan/Progdi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
0 Komentar