DEWI KARLINA “GAGAL ADALAH KEBERHASILAN YANG TERTUNDA”



Ketika masih anak-anak sangat membenci dunia pertanian, namun saat dewasa malah sangat menyintainya malah tak ada niat untuk meninggalkannya. Begitu sekelumit penggalan hidup Dewi Karlina, seorang lulusan perguruan tinggi dan pernah pula bekerja di perusahaan asing menjelma menjadi petani berhasil dan juga sebagai petani pelopor untuk sistem organik 
di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Perjalanan menjadi seorang petani yang berhasil bukanlah sesuatu yang gampang dilalui Dewi , malah keberhasilan menjadi pemasok beras organik terbesar di Limapuluh Kota ini berawal dari kegagalan. Tahun 2008 merupakan tonggak awal Dewi bersama 20 orang anggota Kelompok Tani “Sehati” Batu Payuang merintis pertanian organik di daerahnya. Ketika itu Sumbar sedang dilanda kelanggkaan pupuk, faktor ini menjadi salah satu penyebab adanya inisiatif untuk beralih dari sistem konvensional ke organik. Disamping adanya program pelatihan dan pembengkalan dasar tentang pertanian organik.
Pada awalnya anggapan Dewi bersama para anggota kelompoknya, bertani secara organik hanya mengunakan pupuk kandang semata, tanpa adanya perlakuan lain yang berstandar organik. Akibat dari ketidaktahun itu, apa yang mereka alami cukup fatal. Panen yang mereka harapkan mampu memberi pendapatan lebih, malah hasil yang sebaliknya mereka peroleh.
Kenyataan yang membuat mereka terpukul adalah panen yang berkisar di angka 900 kg/ Ha. Suatu hasil awal yang kurang mengembirakan dan sangat mengecewakan mereka. Namun, walau kecewa dan sedih mereka pantang menyerah. Berbekal tekad yang kuat untuk bangkit lagi, Dewi dan kawan-kawan dalam kelompok “Sehati” mulai introspeksi dan mengevaluasi tentang apa yang pernah dan belum mereka lakukan pada sistem pertanian organik.
Ibarat orang kehausan, semua ilmu dan teknis tentang organik mereka teguk habis. Sejumlah pelatihan tentang organik diikuti, bimbingan petugas lapangan ditaati. Berkat introspeksi dan mau belajar dari kesalahan masa lalu. Akhirnya mereka kembali memulai masa tanam ke dua dalam sistem organik.
Walau agak berat, langkah awal untuk mengembalikan kondisi lahan yang telah lama rusak akibat bertani konvensional dapat mereka lalui. Dengan berbekal kompos jerami yang selama ini dibakar dan penerapan sistem organik secara total, lambat laun kesuburan lahan mampu menampung harapan mereka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Keyakinan dan keteguhan hati dapat membangkitkan kembali asa yang mampir padam. Dewi dan anggota kelompok berprinsip “Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda”.
Perjuangan yang tak kenal lelah itu mememperlihatkan hasil yang luar biasa. Pada panen selanjutnya hasil yang mereka harapkan selama ini terwujud dan malah diluar perkiraan sebelumnya. Angka 6000 kg/ha dapat mereka hasilkan, suatu nilai panen yang sangat melegakan hati dan membuat kepercayaan diri makin meningkat. Suatu hasil yang sepadan dengan cucuran peluh yang mereka tumpahkan selama ini.
Dari hasil yang mereka peroleh itu, semakin memantapkan prinsip mereka melakukan cara bertani organik untuk seterusnya.
Harus diakui, bertani secara organik membutuhkan semangat dan keinginan yang luar biasa. Dewi berprinsip, seorang petani harus “mengorganikkan” dirinya terlebih dahulu sebelum terjun dalam sistem pertanian tersebut. Artinya, harus siap fisik dan mental, sebab pola ini membutuhkan kesungguhan, kejujuran dan kerja keras. Betapa tidak, cara bertani yang rendah biaya ini harus dibayar dengan tenaga yang lebih. Kecendrungannya,
semua satuan produksi seperti pupuk, pengendali hama dan penyakit harus dibuat sendiri.
Logikanya, semua potensi yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan untuk menunjang keberhasilan dalam bertani secara organik. Malahan, yang selama ini dianggap mengganggu dan sering dibuang bisa dimanfaatkan seperti membuat mol keong emas. Sebelumnya, para petani sering dibuat pusing dengan keberadaan keong tesebut, namun ketika manfaatnya diketahui untuk meyuburkan tanah malah sekarang para petani berlomba untuk mengunakannya.
Setelah mengetahui seluk beluk pertanian organik dan mempraktekkanya secara sunguh-sunguh, dampak lain yang ditimbulkannya bukan sekedar produksi dan sistem pertanian saja yang dikuasai oleh para anggota kelompok, namun yang terpenting menurut
Dewi adanya perubahan sikap, kepercayaan diri yang makin tinggi dan wawasan anggota kelompok semakin meningkat.
Ibu dua anak ini mengambarkan, pada awalnya para anggota kelompok tidak berani menyampikan pendapatnya di depan umum, malah terkesan tidak percaya diri. Namun setelah bertani organik, mereka terbiasa dengan pola diskusi yang harus memiliki argumen maka dengan sendirinya, para anggota kelompok memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Dan malahan sekarang berani untuk tampil ke depan mempresentasikan setiap
makalah yang ditugaskan kepada mereka.
Seiring waktu, perkembangan pola bertani secara organik makin memperlihatkan hasil yang mengembirakan. Sementara itu dengan makin bersunguh-sunguhnya para anggota kelompok “Sehati” maka pemerintah melalui dinas pertanian pada tahun 2010 mengelontorkan bantuan sebesar Rp 10 juta kepada kelompok. Dengan insentif itu makin memacu semangat anggota kelompok untuk berusaha lebih giat lagi. Dan pada tahun yang
sama, Dewi Karlina sebagai ketua kelompok mengikuti proses magang di IPO Aie Angek.
Proses magang tersebut, benar-benar dimanfaatkan oleh Dewi untuk menimba ilmu organik secara total. Dia bertekad , sekembalinya dari IPO seluruh ilmu yang didapat bakal ditularkan kepada teman-teman sesama kelompok dan masyarakat sekitar. Pada proses magang inipun Dewi menimba ilmu tentang proses budidaya sayuran organik. Sebab, pada
tahun 2009 kelompok Sehati pernah mencoba mengembangkan budidaya sayuran organik disamping padi, namun belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dan malah cendrung gagal.
Pada proses magang setelah mendapatkan teori dilanjutkan dengan praktek di lapangan sistem ini memang memiliki dampak yang sangat berarti, sebab ilmu yang baru didapat langsung diterapkan sehingga memiliki nilai edukasi yang sangat cepat dan mudah diserap oleh para peserta magang. Pada proses ini selalu dilakukan diskusi dan evaluasi,
setiap tahap pembelajaran selalu dilakukan evaluasi dan masing-masing peserta harus memahami apa yang telah mereka pelajari. Agar ketika kembali ke daerahnya masing-masing dapat menerapkan ilmu dan menyebarkannya untuk masyarakat sekitar.
Setelah melalui proses magang dan mendapatkan ilmu yang bakal diterapkan di kelompoknya, Dewi kemudian mulai mengembangkan membudidayakan sayuran organik di daerahnya di Limapuluh Kota. Permintaan terhadap sayuran organik yang identik dengan makanan sehat itu pada awalnya belum memperlihatkan hasil yang mengembirakan
terlebih lagi menjelang keluarnya sertifikat organik karana para konsumen belum nyakin betul sebelum melihat sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikat Organik (LSO). Namun Dewi tetap yakin dan percaya bahwa suatu hari nanti pasar dan konsumen akan mencari produknya.
Puncaknya terjadi pada 5 Desember 2013, LSO Sumbar mengeluarkan sertifikat organik bagi Kelompok Tani Sehati. Penyerahan dihadiri oleh Wakil Bupati Limapuluh Kota Drs.H.Asyirwan Yunus, M.Si, moment ini benar-benar dimanfaatkan oleh Dewi beserta seluruh anggota kelompoknya untuk melakukan promosi dan pengenalan produk organik yang dimilikinya. Acara tersebut diupayakan semeriah mungkin dengan tujuan supaya masyarakat luas benar-benar yakin bahwa produk mereka telah diakui sebagai produk dengan standar organik.
Dampak yang dihasilkan dari acara tersebut sunguh luar biasa. Pada kesempatan itu Wakil Bupati langsung memesan dan sekaligus mengajak seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungan Pemkab Limapuluh Kota untuk mengunakan produk organik. Hingga saat ini pesanan dari SKPD tersebut tetap berdatangan. Malahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kelompok tani Sehati kewalahan dan tidak bisa mencukupinya.
Untuk mengambarkan kesulitan dalam memenuhi permintaan itu, Dewi membandingkan hasil panen dari 17 Ha lahan yang digarap 4 bulan habis dalam waktu satu bulan. Sehingga para konsumen terpaksa menunggu jelang panen musim berikutnya. Dari fakta yang ada tersebut, jelas bahwa kekhawatiran para angggota kelompok yang tadinya belum yakin bahwa pasar beras organik itu terbuka luas akhirnya terbantahkan.
Dewi menyakini, bertani secara organik adalah pola petanian yang sesuai dengan syariat Islam. Apa alasannya? Dalam ajaran agama Islam, manusia dilarang membuat kerusakan di atas bumi. Sementara dalam sistem pertanian konvensional menurut Dewi banyak memberi nilai negatif, seperti halnya membunuh hama dan penyakit tanaman, sementara dalam pertanian organik organisme pengganggu itu dikendalikan bukan dimusnahkan. Di sisi lain tentang pemupukan, banyak dampak negatif yang dihasilkan seperti diantaranya jasad renik yang ada dalam tanah bakal terganggu dan malah musnah sementara sifat fisika dan kimia serta biologi tanah juga ikut rusak.
Filosofi yang dianut Dewi karlina dalam memandang kehidupan adalah mencari Ridha Allah dan bekerja semata-mata karenaAllah, berlatar belakang pemikiran tersebut dewi setiap kesempatan untuk menyampaikan sosialisasi selalu mengaitkan pertanian organik dengan sentuhan agama. Sehingga dengan sendirinya banyak angggota kelompok yang menerima.
Dalam menularkan “virus” organik ini, Dewi tetap mengedepankan pendekatan keagamaan serta pengalamannya selama mengeluti pertanian organik. Diakuinya, para petani mau menerima cara baru kalau telah melihat dan membuktikan langsung keberhasilan yang telah dicapai. kondisi ini harus diterima, sebab para petani kita sangat bergantung pada hasil yang mereka tanam dan secara logika tentu mereka tidak mau berspekulasi dengan sistem yang baru diperkenalkan.
Bendahara KTNA Kabupaten Limapuluh Kota inipun mengungkapkan, berkat pendekatan yang memadai dan melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh kelompok tani Sehati, saat ini telah banyak bermunculan kelompok-kelompok tani organik yang baru.
Malahan, sejak melakukan praktek petanian organik telah banyak pencapaian yang diraihnya. Terutama sekali tentang perubahan pada diri sendiri sepeti meningkatnya wawasan serta membentuk kepribadian yang bisa diterima orang banyak. Disamping sejumlah bantuan yang diangapnya sebagai berkah dan sekaligus amanah. Adapun pencapaian yang pernah diterimanya pada 2012 mendapat penghargaan dari pemerintah pusat dalam hal penddidikan dan edukasi pada petani yang langsung diberikan
oleh Presiden RI, SBY.
Disamping itu sejumlah bantuan juga telah banyak diterimanya bersama kelompok Sehati terutama berkaitan dengan petanian organik. Seperti pada 2011, bantuan senilai Rp 300 juta dalam program sarjana masuk desa dan dialokasikan untuk pembelian sapi yang berjumlah 32 ekor dan saat ini dijadikan sebagai sumber pupuk organik bagi anggota. Selain
itu, pada 2012 juga mendapat bantuan program biogas senilai Rp110 juta dari energy dan pertambangan , sedangkan pada 2014 berupa alat-alat pengolah pupuk organik.
Bercermin dari pengalamannya sendiri, Dewi memiliki obsesi untuk mengangkat harga diri dari kalangan petani. Dia berpendapat para petani Sumbar harus percaya diri dan jangan sampai merasa rendah diri. Terlebih lagi dalam program pelaksanaan petanian organik para petani dirangsang untuk menampilkan serta mengali kemampuan individual mereka. Sehingga tak hanya mahir dalam bertani namun juga memperbaiki kualitas diri. Dia memberi contoh, ada anggota kelompok tani organik yang tidak tamat Sekolah Dasar, namun setelah ikut serta dan aktif dalam pertemuan dan diskusi maka saat ini yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan diri dan memiliki wawasan yang tak begitu kalah dari
mereka yang pernah mengecap pendidikan tinggi. Dengan kata lain, pola pelatihan dan tatakerja dari sistem pertanian organik menumbuhkembangkan potensi yang selama ini tak terangkat.
Disamping itu, tambah Dewi nilai yang tak bisa ditakar dari pola pertanian adalah menciptakan pribadi-pribadi petani yang mandiri dan merdeka. Karena dengan pola ini para petani dibentuk untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri atau mereka tidak lagi bergantung dengan sarana produksi berasal dari pihak lain atau pabrikan. Kalau jiwa ini terbentuk maka semangat kemandirian tidak hanya dari sisi bertani saja namun dalam prilaku dan keseharian, jiwa itu dengan sendirinya akan tercermin. Andai seluruh petani memahami hakikat tersebut, ke depan Indonesia akan memiliki petani-petani tangguh yang mampu mengangkat marwah daerah dan bahkan bangsa serta negara.

BERIKUT BEBERAPA PROFIL PETANI DI SUMATERA BARAT : JAFRINAL, MENHENRI, HESRI YELDI, HENDRI SONI, SUGIHARTI, DEWI KARLINA, KASMAN, FAUZI, dan INDRA MERDI.

Posting Komentar

0 Komentar