Materi Penyuluhan Peternakan Sapi Potong Yang Inovatif

Ngadiyono (2012) dalam mengubah cara tradisional menjadi cara usaha ternak sapi potong yang inovatif penyuluh dapat memberikan materi sapta usaha peternakan meliputi :
1. Pemilihan Bibit

Bibit menentukan keunggulan produktivitas, bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit. Menurut Suryana (2009) potensi ternak sapi potong lokal sebagai penghasil daging belum dimanfaatkan secara optimal melalui perbaikan manajemen pemeliharaan.  Sapi lokal memiliki beberapa kelebihan, yaitu daya adaptasinya tinggi terhadap lingkungan setempat, mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah dan mempunyai daya reproduksi yang baik.2. Perkandangan

Dengan dikandangkan mempermudah penanganan ternak yang dilakukan, yakni ransum yang diberikan dapat dengan mudah dimakan oleh ternak dan peternak dapat dengan mudah dan bisa lebih teliti melakukan pengendalian pertumbuhan dan kesehatan ternak (Ngadiyono, 2012).  Ditambahkan Talib C dan Yudi Guntara Noor (2008) penggunaan kandang kelompok akan meningkatkan efisiensi dalam hal : penyediaan dan pemberian pakan, pelayanan perkawinan dan kesehatan, persaingan pemeliharaan ternak antar peternak yang dapat memacu pertumbuhan menjadi lebih baik serta pemasaran ternak yang dihasilkan.
3. Pemberian Pakan

Daya saing industri peternakan ditentukan oleh ketersediaan pakan, disamping faktor bibit, manajemen dan kesehatan hewan, serta inovasi teknologi dan faktor-faktor eksternal lainnya.  Sebagai negara tropis, secara alamiah Indonesia memiliki keunggulan dalam menghasilkan biomassa selulosa yang merupakan bahan pakan utama ternak sapi potong.  Namun demikian kekayaan alam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pengembangan ternak sapi potong (Riady, 2004).  Selain rumput-rumputan yang dapat tumbuh subur, Kabupaten Lampung Utara memiliki potensi sumber pakan serat kasar yang jumlahnya sangat besar dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pakan ternak yaitu jerami padi, berbagai limbah pertanian dan berbagai limbah perkebunan seperti kelapa sawit, kakao dan tebu.  Ketersediaan pakan hijauan sampai saat ini masih tergantung pada musim dan pemanfaatan limbah atau hasil samping tanaman pertanian.

Menurut Ardhani (2006) pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan ternak. Pakan adalah bahan yang mengandung nutrisi untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi (produksi susu).  Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80%. Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi.
4. Pengelolaan Reproduksi

Menurut Ngadiyono (2012), pengetahuan tentang sistem perkawinan dengan inseminasi buatan, pejantan unggul dan lokal; keterampilan mengamati tanda berahi (vulva merah, bengkak, hangat, keluar lendir, suka menaiki kawan, gelisah, ekor digerak-gerakkan dan nafsu makan kurang);  saat pertama dikawinkan yaitu pada umur 24 - 30 bulan; dan pengaturan perkawinan sesudah beranak setelah anak berumur 3 - 4 bulan akan sangat menentukan keberhasilan pengembangan ternak sapi potong.
5. Tata laksana Pemeliharaan

Dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi dibagi atas 3 (tiga) tujuan pemeliaharaan yaitu : 1) penggemukan; 2) pembibitan; dan 3) pembesaran anak. Faktor yang mendukung dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi tidak terlepas dari lingkungan, tenaga kerja dan kandang. Lingkungan yang baik diperlukan ternak untuk kehidupan dan menghasilkan produksi yang lebih baik.  Apabila suhu lingkungan terlalu tinggi atau terlalu rendah di luar batas toleransi ternak sapi potong maka ternak akan mengalami stress (Ngadiyono, 2012).
6. Pengendalian Penyakit

Menurut Ngadiyono (2012) pengendalian penyakit adalah usaha melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit yang menyerang ternak.  Pengendalian penyakit diupayakan dengan melakukan sanitasi ternak, kandang dan lingkungan serta vaksinasi.  Ditambahkan Yulianto P dan Cahyo Saparinto (2012) pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan pengobatan dan pemisahan terhadap ternak yang sakit,  vaksinasi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
7. Pemasaran

Pemasaran ternak sapi potong selama ini begitu panjangnya mata rantai yang harus dilewati hingga sampai ke konsumen akhir, berupa daging. Pemasaran ternak sapi potong dimulai dari pedesaan, peternak umumnya menjual sapi potong kepada pedagang pengumpul di tingkat desa, untuk seterusnya dibawa atau dijual ke pasar hewan atau ke pedagang lainnya di tingkat kecamatan.  Di pasar hewan pedagang ternak dari kota besar datang membeli ternak sapi potong untuk selanjutnya dijual kepada penjagal di RPH atau kepada agen penjual daging, yang seterusnya didistribusikan kepada penjual daging di pasar, yang kemudian dibeli oleh konsumen akhir (Ngadiyono, 2012).
Artikel Terkait :

Posting Komentar

2 Komentar