UPSUS PAJALE : BP3K SEBAGAI RUMAH BESAR PERTANIAN DALAM MEDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Part 1)

Upaya Khusus (UPSUS) Padi, Jagung dan Kedelai

Mulai tahun 2015 sampai tahun 2017 kebijakan pembangunan pertanian mempunyai target swasembada berkelanjutan untuk padi, jagung, dan kedelai. Indikator yang mudah dipahami yaitu kebutuhan beras, jagung, serta kedelai dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri dan tidak ada impor lagi. Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian swasembada tersebut antara lain :
Alih fungsi dan fragemntasi lahan pertanian
Rusaknya infrastruktur jaringan irigasi
Semakin berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian
Masih tingginya susut hasil
Belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat
Lemahnya permodalan petani
Fluktuasi harga pada saat panen raya.
Dengan pertimbangan masalah tersebut, maka pada tahun 2015 Kementerian Pertanian melaksanakan program UPSUS peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (PAJALE) melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya.
Program ini bertujuan untuk :
Menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana pertanian berupa air irigasi, benih, pupuk, dan alsintan serta sarana produksi lainnya
Meningkatkan indeks  pertananaman (IP) dan produktivitas pada lahan sawah, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut dan rawa lebak untuk mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan PAJALE.
Sasaran yang akan dicapai meliputi :
Indeks pertanaman (IP) meningkat minimal 0,5 dan produktivitas padi meningkat minimal 0,3 ton gkp
Produktivitas kedelai minimal 1,57 ton/ha pada areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas kedelai sebesar 0,2 ton/ha pada areal existing
Produktivitas jagung minimal 5 ton/ha pada areal tanam baru dan meningkatnya produktivitas jagung 1 ton/ha pada areal existing.
Kegiatan utama yang akan dilaksanakan meliputi :
Pengembangan jaringan irigasi
Optimalisasi lahan
Pengembangan Sytem of Rice Intensification (SRI)
Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) PAJALE
Optimalisasi Perluasan Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP Kedelai)
 Penyediaan bantuan benih
Penyediaan bantuan pupuk
Penyediaan bantuan alsintan
Pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim
Asuransi pertanian
Pengawalan/pendampingan
Dalam upaya pencapaian swasembada PAJALE tersebut, perlu pengawalan dan pendampingan oleh para penyuluh pertanian dangan BP3K sebagai pusat kegiatan pertanian, yaitu menjadi pusat data dan informasi dan pelayanan sarana produksi serta pemasaran melalui kemitraan. Agar berkelanjutan dalam melayani petani, operasional BP3K diharapkan tidak hanya mengandalkan fasilitas dari pemerintah, namun juga dapat menjalin kemitraan usaha dengan pihak swasta. Oleh karena itu, pimpinan BP3K harus mampu menjadi manajer yang memahami jiwa kewirausahaan (entrepreneurship).
Dalam kaitan BP3K dengan kebutuhan beras nasional, jika BP3K dikelola dengan baik, diasumsikan akan mempunyai potensi produksi padi meningkat dan dapat mencukupi kebutuhan beras nasional  dengan perhitungan setiap tahunnya sebagai berikut :
Setiap BP3K rata-rata memiliki 8 orang penyulu dan setiap penyuluh membina 8 kelompok tani dan setiap kelompok tani menggarap sawah seluas 25 ha. Dengan demikian, setiap BP3K terdiri dari 64 kelompon tani dengan luas sawah garapan 1.600 ha.
Jika ada upaya dalam setahun ditanami padi 2 kali dengan produktivitas 5 ton/ha gpk, maka setiap BP3K dapat menghasilkan padi sebanyak 16.000 ton atau 16.000.000 kg gkp (berasal dari 1.600 x 2 x 5 ton)
Jika gkp dijadikan beras, menjadi 8.635.031,68 kg (berasal dari 16.000.000 kg x 86,02% x 62,74 %)
Berdasarkan kebutuhan beras rata-rata per jiwa pertahun sebanyak 131 kg, maka setiap BP3K dapat menyediakan kebutuhan beras bagi 65.916 jiwa per tahun (perhitungannya adalah 8.635.031,68 kg : 131 kg x 1 jiwa)
Indonesia yang memiliki 5.232 BP3K, maka setiap tahun dapat menyediakan beras bagi 344 juta jiwa (dihitung dari 5.232 x 65.916 jiwa = 344.872.512 jiwa).
Saat ini penduduk Indonesia berjumlah 253 juta jiwa, dengan demikian setiap tahunnya dapat surplus beras sebanyak 11,9 juta ton, diperoleh dari perhitungan (344 juta – 253 juta) x 131 kg = 11.921.000.000 kg = 11.921.000 ton).
Secara ekonomi juga dapat dihitung potensi yang dapat dikembangkan setiap tahunnya. Sebagai berikut :
Apabila harga padi sekitar Rp. 4.000,- per kg gkp, maka secara nasional produksi padi tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 334.848 juta (berasal dari perhitungan 5.323 BP3K x 16.000.000 kg gkp x Rp. 4.000,- per kg gkp)
Apabila diperkirakan biaya produksi padi sebesar 30% dari pendapatan kotor (Rp. 334.848 juta), maka penghasilan bersih = Rp. 334.848 juta – Rp. 111.616 juta = Rp. 223.232 juta atau Rp. 223,232 milyar, hampir setara dengan APBN Pusat Penyuluahn Pertanian setahun yaitu sekitar 230 milyar.
Potensi tersebut baru bersumber dari hasil tanam padi 2 kali setahun, belum termasuk hasil palawija dika ditanami 3 kali setahun dan juga belum dari ternak, tanaman perkebunan, hortikultura, dan hasil pertanian lainnya yang mempunyai nilai ekonomi. Dengan melihat potensi tersebut, maka BP3K harus dibenahi bukan saja fisik yang megah tetapi juga manfaat yang besar untuk pelayanan petani dalam peningkatan produksi PAJALE dari hulu sampai hilir.
Untuk itu, apabila BP3K diarahkan sebagai rumah besar, yaitu sebagai tempat melatih petugas lingkup pertanian dan agarpetani dapat memiliki wawasan luas serta berwawasan internasional. Selain tempat pelatihan, BP3K juga sebagai pusat pusat data dan informasi yang berkaitan dengan penyenggaraan penyuluhan.
Untuk menjadikan BP3K sebagai rumah besar pertanian, hal-hal yang perlu dibenahi antara lain :
Tersedianya data kelompok tani (by name dan by address) sehingga kelompok tani yang terdaftar benar-benar ada dan aktif melakukan kegiatan yang dapat dipercaya oleh semua pihak terutama dalam rangka menjalin kemitraan dengan pihak swasta.
Mengambangkan SDM pertanian yang berjiwa kewirausahaan dengan berwawasan internasional.
Sarana dan prasarana harus dilengkapi dengan teknologi informasi terutama untuk pengembangan Cyber Extension.
Untuk mengahadi perdagangan pasar tunggal masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), yang ditandai dengan masuknya barang-barang impor dengan kualitas lebih baik akan bersaing dengan produk lokal termasuk produk pertanian. Oleh karena itu, perlu peningkatan kapasitas penyuluh pertanian dan petani dalam meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian.

Posting Komentar

0 Komentar