ANALISIS PROSES BELAJAR DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN

“Studi Kasus : Pelatihan Teknis Budidaya Padi oleh Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Permata Ibu di Kota Padang Panjang”




PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam rangka dalam mempercepat pencapaian swasembada pangan tahun 2017, Kementerian Pertanian mulai tahun 2015 mencanangkan upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. Dikaitkan dengan upaya tersebut dan mengingat bertambahnya jumlah penyuluh pertanian PNS secara bertahap akan memasuki usia pensiun selama kurun waktu 2014 – 2018 (sekitar 49%). Maka peran penyuluh pertanian penyuluh pertanian swadaya sebagai mitra penyuluh Pertanian PNS menjadi sangat strategis, khususnya dalam pemberdayaan kelompok tani atau gabungan kelompok tani dan gabungan kelompoktani selaku penerima manfaat.
Rendahnya kompetensi petani sebagai sumber daya manusia (SDM) pertanian terhadap proses pengelolaan tanaman padi adalah permasalahan  yang dihadapi petani dan kelompok tani pada setiap musim tanam yang berdampak pada rendahnya produksi dan produktivitas lahan pertanian. Pengelolaan tanaman padi mulai dari pemilihan bibit, pengelolaan lahan hingga pengelolaan pasca panen merupakan hal yang sangat menentukan. Sehingga perlu pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani melalui kegiatan penyuluhan.
Penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal. Pendidikan itu sendiri adalah suatu proses atau usaha/kegiatan yang ditujukan untuk mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia. Sebagai suatu sistem pendidikan maka proses yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan adalah proses pembelajaran.
Kelompok tani sebagai wahana belajar bagi anggotanya, merupakan salah satu sasaran penyuluhan secara massal, disamping penyuluhan secara personal terhadap individu petani baik yang dilaksanakan di tempat domisili maupun di lokasi hamparan usahatani.
Keberadaan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) merupakan salah satu lembaga penyuluhan swadaya yang berperan aktif dalam pembangunan pertanian. Utamanya, mendukung pembangunan pertanian dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) petani melalui pelatihan pertanian. Atas dasar itulah perlunya dilaksanakan pelatihan teknis budidaya padi yang dilaksanakan oleh P4S diharapkan dapat menjadi solosi pemecahan masalah yang dihadapi. Dan peserta pelatihan diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuannya kepada anggota kelompok yang lain. Salah satu P4S yang melaksanakan pelatihan teknis budidaya padi adalah “P4S Permata Ibu” yang berada di Kota Padang Panjang.
TUJUAN
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka makalah ini bertujuan untuk :
“Menganalisis Proses Belajar Pada Pelatihan Teknis Budidaya Padi Di “P4S Permata Ibu” Kota Padang Panjang.”


TINJAUAN PUSTAKA
TUJUAN BELAJAR
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Proses belajar yang seharusnya dilakukan dalam penyuluhan adalah proses pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan orang dewasa (adult education/andragogie). Di dalam penyuluhan, pendidikan orang dewasa bersifat seperti sukarelawan, artinya tidak ada paksaan dalam melakukan penyuluhan.
Tujuan seseorang untuk belajar ternyata sangat beragam, yaitu:
Sebagai jawaban terhadap panggilan hidupnya, untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup,  guna mempertahankan dan memperbaiki kehidupannya.
Untuk menambah pengetahuan, baik sebagai petualangan (sekedar tahu) maupun untuk dimanfaatkan bagi kehidupan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebagai kesadaran untuk berafiliasi atau bergabung dengan sesamanya, dan tujuan-tujuan sosial lain.
Sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat, yang harus berpartisipasi dalam upaya perbaikan kehidupan masyarakatnya.
Untuk mencapai prestasi tertentu bagi pengembangan keahlian, karir, dan penghasilannya.
Untuk memperoleh penghargaan dari lingkungannya, atau setidak tidaknya diakui sebagai anggota sistem sosialnya.
Sebagai aktualisasi dari keberadaanya.
PRINSIP BELAJAR
Bertolak dari pemahaman tersebut maka setiap kegiatan belajar harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar, yaitu :
1.    Prinsip latihan (practice)
Yaitu proses belajar yang dibarengi dengan latihan atau aktivitas fisik untuk merangsang kegiatan anggota badan (kaki, tangan, dll). Atau belajar sambil melakukan kegiatan yang dialami sendiri oleh warga belajar.
2.    Prinsip menghubung-hubungkan (asociation)
Yaitu proses belajar dengan jalan menghubung – hubungkan prilaku lama (terutama sikap dan pengetahuan atau perasaan dan pikiran) dengan stimulus – stimulus baru yang memiliki kemiripan dan aitan erat dengan prilaku yang sudah dimiliki, sehingga akan semakin mudah diterima dan dipahami.
3.    Prinsip akibat (effect)
Seperti telah dikemukakan bahwa setiap peserta didik pasti memiliki tujuan yang bermanfaat yang ingin dicapai melalui proses belajarnya. Karena itu hasil belajar yang diharapkan melalui suatu kegiatan penyuluhan akan semakin baik manakala proses belajar itu akan memberika sesuatu yang bermanfaat bagi warga belajarnya atau memberikan sesuatu yang disenangi atau membuat warga belajar menyenanginya.
4.    Prinsip kesiapan (readiness)
Setiap kegiatan pendidikan hanya akan berhasil baik jika pendidik mampu memahami keadaan peserta didiknya terutama yang berkaitan dengan fisik (kenyamanan lingkungan diselenggarakannya pendidikan, waktu pelaksanaan, lamanya kegiatan, dan lain-lain) maupun kesiapan sasarannya (kebutuhan, keinginan, hal-hal yang tidak disukai dan lain-lain).
Beberapa prinsip yang perlu dikedepankan dalam sebuah proses belajar pada kegiatan penyuluhan yang terkait dengan pendidikan orang dewasa, antara lain:
1.    Penyuluh harus dapat berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru. Sebagai mana makna fasilitator yang berasal dari kata bahasa inggris to facilitate yang artinya membuat mudah (memudahkan), maka seorang fasilitator memiliki peranan membantu sasaran suluh agar mudah belajar. Penyuluh berperan sebagai pembimbing atau pihak yang mempermudah jalannya proses belajar. Disini penyuluh dapat menjadi motivator, katalisator, dan konsultan.
2.    Materi penyuluhan harus berdasarkan pada kebutuhan belajar yang dirasakan oleh sasaran suluh. Sasaran suluh yang notabene adalah orang dewasa pada umumnya melihat pendidikan sebagai proses peningkatan ketrampilan yang akan segera bermanfaat dalam kehidupan sesuai fungsinya dalam masyarakat. Sehingga pendidikan orang dewasa lebih difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat akan materi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.yang mereka hadapi. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan materi yang dibutuhkan oleh sasaran suluh adalah secara teknis dapat dilakukan, secara ekonomis dapat memberikan keuntungan, dan tidak bertentangan dengan nilai sosial dan budaya sasaran suluh.
3.    Efektivitas proses belajar, bukan diukur dari banyaknya “knowledge transfered”, namun lebih pada tumbuh dan berlangsungnya proses dialog/diskusi dan sharing informasi/pengalaman antar peserta kegiatan penyuluhan, lebih pada terjadinya upaya pembelajaran bersama di antara sasaran penyuluhan, dengan kata lain proses belajar harus bersifat partisipatif. Suasana belajar diupayakan bersifat informal dan mendorong masing-masing pesertanya untuk saling menghargai kerjasama.
4.    Perlu memperhatikan perbedaan individu atau karakteristik sasarn suluh. Sasaran suluh adalah orang dewasa di mana masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda antara lain berpengalaman atau belum berpengalaman, usia muda atau tua, emosional atau kalem, bugar atau kurang bugar, berpendidikan atau kurang berpendidikan, dan lain sebagainya.
5.    Penggunaan media menekankan pada keterlibatan panca indera sasaran suluh secara optimal pada proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih efektif apabila didukung dengan peragaan-peragaan (media pembelajaran) yang konkret. Dengan peragaan maka pemahaman sasaran suluh akan lebih dalam. Peragaan yang dilakukan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sasaran suluh tidak hanya memahami sesuatu hanya terbatas pada luarnya saja, tetapi juga harus sampai pada macam seginya, dianalisis, disusun, dikomparasi sehingga dapat memperoleh gambaran yang lengkap.
6.    Tempat atau lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung proses pembelajaran. Lingkungan pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus dapat membawa, mengatur atau menciptakan lingkungan sebaik-baiknya sehingga tercipta lingkungan sebagai komponen pembelajaran yang penting kedudukannya secara baik dan memenuhi syarat.
CIRI-CIRI PROSES BELAJAR
Adapun karakteristik pendidikan orang dewasa dalam kaitannya dengan proses belajar di dalam penyuluhan adalah sebagai berikut:
1.    Proses belajar yang berlangsung secara lateral atau horizontal, yaitu proses belajar bersama, dimana semua pihak yang terlibat saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman.
2.    Kedudukan penyuluh tidak berada di atas atau lebih tinggi dibanding petaninya, melainkan dalam posisi yan sejajar. Kedudukan sebagai mitra sejajar tidak hanya terletak pada proses pertukaran informasi, pengetahuan dan pengalaman selama berlangsungnya kegiatan penyuluhan, tetapi dimulai dari sikap pribadi selama berkomunikasi, sikap saling menghargai, saling menghormati, dan saling memperdulikan antar penyuluh dan petani karena mereka saling membutuhkan dan memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dalam meningkatkan kemajuan pertanian.
3.    Peran penyuluh bukan sebagai guru yang harus menggurui petani/masyarakat, melainkan sebatas sebagai fasilitator yang membantu proses belajar, baik selaku moderator (pemandu acara), motivator (yang merangsang dan mendorong proses belajar) atau sekedar nara sumber manakala terjadi “kebuntutan” dalam proses belajar yang berlangsung.
4.    Dalam proses persiapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, perlu memperhatikan karakteristik orang dewasa dan karakteristik emosional.
5.    Materi penyuluhan harus berangkat dari “kebutuhan yang dirasakan”. Terutama menyangkut:
a.    kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan.
b.    masalah yang sedang dan akan dihadapi.
c.    perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan.
d.   tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan, sebaiknya juga harus disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat, yaitu :
1)   tempat penyuluhan tidak harus selalu dihamparan/lahan usaha tani, tidak harus menetap, tatapi dapat berpindah-pindah sesuai dengan materi dan kesempatan yang dimiliki.


2)   hari dan waktu pertemuan, tidak harus tetap tetapi yang penting harus ada kepastian.
3)   Selang waktu kunjungan tidak harus dua minggu sekali, tetapi yang penting dilakukan pertemuan (kunjungan) 2 kali dalam sebulan, atau untuk masyarakat jawa dapat diundur sedikit menjadi 2 kali dalam selapan (35) hari.
6.    Keberhasilan proses belajar, tidak diukur dari seberapa banyak terjadi “transfer of knowledge”, tetapi lebih memperhatikan seberapa jauh terjadi dialog (diskusi,sharing) antar peserta kegiatan penyuluhan. Berlangsungnya dialog seperti ini memiliki arti yang sangat penting kaitannya dengan penggalian inovasi yang ditawarkan dari luar maupun indegenuous technology yang digali atau warisan generasi tua.
a.    Peluang diterima dan keberhasilan inovasi yang ditawarkan.
b.    Berkembangnya partisipasi masyarakat dalam bentuk untuk merasakan memiliki, keharusan, turut mengamankan segala keputusan yang disepakati (melaksanakan, monitoring dll).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang dewasa ketika dia berada dalam situasi belajar. Faktor – faktor tersebut mencakup faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik dan dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor non fisik. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik atau lingkungan dan juga dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan fisik dan faktor non fisik.
Terdapat hubungan antara umur dan pancaindra seseorang. Makin tua umur seseorang, pancaindranya akan semakin menurun ketajamannya. Untuk itu, khusus untuk memfasilitasi peserta didik yang sudah tua, yang penglihatannya dan pendengarannya sudah berkurang maka penerangan ruangan belajar maupun perlengkapan pengeras suara harus diperhatikan.
Klausmeir dan Goodwin (1971), mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu:
Tujuan belajar, yang menyangkut apa yang dihasilkan dan bagaimana menggunakan hasil belajar tersebut
Materi pembelajaran, yang berkaitan dengan jenisnya dan bagaimana mengelola materi belajar
Media pembelajaran, yang berkaitan dengan jenis, kualitas dan ketersediaan material
Karakteristik orang yang belajar, berkaitan dengan level kemampuan intelektual, kematangan fisik, psikomotorik dan sikap, kesehatan, konsep diri, persepsi terhadap situasi, umur dan jenis kelamin.
Karakteristik dari pengajar, yang meliputi kemampuan dalam menguasai materi, pengembangan pembelajaran dan keahlian mengajar.
Interaksi dalam ruang belajar, yang berkaitan meliputi interaksi antara pelajar dengan pelajar, pelajar dengan pengajar, pengajar dengan pengajar, dan pengajar dengan pengelola proses belajar
Organisasi, berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan di lingkungan sendiri maupun organisasi yang berkaitan dengan pengajaran dalam level yang lebih lanjut
Karakteristik fisik, berkaitan dengan sarana dan fasilitas pendukung pembelajaran
Hubungan antara rumah, sekolah, dan komunitas, yang meliputi hubungan antara orang tua murid dengan guru, sekolah dengan lingkungan, dan sekolah dengan masyarakat.
PENYULUHAN SEBAGAI PROSES PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUSP3K), Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh di bagi menjadi 4 sebagai berikut:
Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
 Peran penyuluh tidak hanya sebatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan pembangunan maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan petani-peternak kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM PROSES BELAJAR PADA PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI P4S PERMATA IBU
P4S Permata Ibu sebuah lembaga pelatihan pertanian yang didirikan dan dikelola oleh petani secara swadaya dan telah tergolong Kelas Utama dengan komoditas pertanian organik dan peternakan sapi perah. P4S Permata Ibu berpartisipasi aktif dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pelatihan pertanian organik dan pelatihan peternakan sapi perah. Dampak keberadaan P4S Permata Ibu ini dapat memberikan orientasi positif terhadap pengembangan sumber daya manusia pertanian dalam pengelolaan pertanian organik dan peternakan sapi perah. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk pengembangan P4S Permata Ibu dalam rangka mendukung percepatan pengembangan masyarakat pertanian sekitar yang langsung dimotori oleh swadaya masyarakat tani.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Permata Ibu, yang berdiri di Kelurahan Ganting Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Pajang yang telah berdiri sejak tahun 2006, kembali menggelar pelatihan teknis padi. Pelatihan diikuti 20 orang petani padi, mewakili beberapa kelompok tani yang ada di sekitar Kecamatan Padang Panjang Timur. Pelatihan ini berlangsung selama lima hari yaitu dari tanggal 8 September hingga 13 September 2015 pada lahan sawah milik P4S Permata Ibu.
Tujuan pelatihan teknis budidaya padi oleh P4S Permata Ibu adalah untuk mengembangkan kompetensi petani agar terjadinya perubahan perilaku dalam berusahatani padi dalam rangka meningkatkan jumlah produksi padi sehingga tercapainya swasembada padi pada tahun 2017 nanti. Peserta yang ikut dalam pelatihan ini sebagian besar adalah pemuda tani yang dimaksudkan, agar terciptanya regenerasi pertanian terutama pada budidaya padi yang sangat berperan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan. Sedangkan fasilitator terdiri dari penyuluh pertanian dan pengurus P4S Permata Ibu yang bertugas mendampingi dan menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan dalam proses belajar yang berlangsung selama 5 hari tersebut.
Materi pelatihan yang disampaikan pada pelatihan budidaya padi di P4S Permata Ibu anatara lain kebijakan swasembada pajale terutama komoditas padi, penyiapan benih, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT, panen, pasca panen serta pencatatan hasil usahatani. Termasuk diberikan pula pemahaman analisa usahatani, filosofi pengelolaan tanaman terpadu, teknik pemecahan masalah, pemasaatran hasil dan mitigasi iklim.
Pelatihan teknis budidaya padi yang dilaksanakan P4S Permata Ibu yang didukung sepenuhnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat ini bertujuan untuk memicu pencapaian swasembada padi tahun 2017. Petani peserta pelatihan ini diharapkan bisa menjadi tenaga penggerak di kelompok taninya serta di masyarakat.
Proses pelatihan teknis budidaya padi yang berlangsung 5 hari ini dilaksanakan pada 2 tempat yaitu di dalam kelas dan di lahan usahatani. Hal ini disesuaikan dengan materi pelatihan yang diberikan agar dapat dengan mudah dipahami oleh peserta. Materi pelatihan tidak diberikan dalam bentuk tertulis namun, disampaikan fasilitator secara langsung melalui lisan dan demontrasi cara di lahan usahatani. Para peserta pelatihan diwajibkan menggunakan pakaian seragam selama proses pelatihan berlangsung. Biaya pelatihan bersumber dari APBNP dan sumber lain dalam bentuk bantuan langsung kepada kelompok tani peserta pelatihan.


ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN BUDIDAYA PADI
Pelatihan teknis budidaya padi oleh P4S Permata Ibu merupakan salah satu kegiatan belajar yang diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi petani peserta dalam hal teknis budidaya melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan agar terjadi perubahan pola perilaku petani tersebut dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Sehingga diharapkan tercipta peningkatan produksi hasil padi dan terjadinya peningkatan kesejahteraan petani tersebut. Pelatihan ini dirancang oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat, sedangkan P4S Permata Ibu berperan sebagai pelaksana yang mengelola proses belajar dalam pelatihan.
Peserta pelatihan di  P4S Permata Ibu adalah para petani yang mewakili kelompok tani yang berada di Kecamatan Padang Panjang Timur. Ketetapan ini berdasarkan letak P4S Permata Ibu di daerah tersebut. Sehingga P4S Permata Ibu sebagai tempat terjadinya proses pembelajaran mudah dijangkau oleh peserta pelatihan tanpa harus menginap di lokasi pelatihan dan tanpa harus meninggalkan keluarga dirumah. Adapun tujuan peserta mengikuti pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam teknis budidaya padi. Peserta pelatihan sebanyak 20 orang adalah petani padi yang merupakan orang dewasa yang masih berada pada kelompok umur produktif. Ini akan lebeih efektif dalam mengikuti kegiatan belajar dan menerima hal-hal baru, karena umur merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan fisik dan psikologis seseorang.
Sebagai proses belajar, pelatihan teknis budidaya padi oleh P4S Permata Ibu memiliki karakteristik (ciri-ciri) yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Proses belajar dilakukan secara bersama, dimana antara fasilitator dan peserta saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman. Hal ini karena peserta pelatihan adalah petani yang notabene merupakan orang dewasa yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam berusahatani padi. Dalam proses belajar, peserta belajar langsung di lahan usahatani dengan tujuan agar peserta dapat langsung belajar sambil bekerja (learning by doing) sehingga hal ini dapat meningkatkan keterampilan peserta dalam teknis budidaya padi. Kegiatan belajar yang langsung dipraktekkan akan lebih cepat dipahami dan diingat oleh peserta.
Proses pembelajaran difasilitasi oleh penyuluh swadaya yang berasal dari pengurus P4S Permata Ibu dan didampingi oleh Penyuluh Pemerintah. Kedudukan penyuluh bukan sebagai guru bagi peserta, melainkan sebagai fasilitator yang membantu proses belajar, baik sebagai moderator, motivator (merangsang dan mendorong proses belajar) atau sekedar narasumber jika dibutuhkan selama proses belajar berlangsung.
Kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan pengalaman berusahatani yang telah dialami oleh peserta.
Materi, metode dan waktu belajar ditentukan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi peserta oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat. Karena program pelatihan ini dirancang oleh dinas tersebut dan peserta yang ikut pelatihan hanya mejalani proses belajar tanpa dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran. namun setelah selesai pelatihan, peserta dapat merasakan bahwa pelatihan ini bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhannya sebagai petani padi sawah walaupun tidak dilibatkan dalam proses perencanannya.
Proses belajar menggunakan teknik partisipatif dengan melibatkan seluruh peserta secara aktif. Peserta selalu diarahkan untuk selalu berfikir kritis hingga timbul pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan peserta sendiri. Pertanyaan tersebut didiskusikan bersama peserta lain yang dibimbing serta diarahkan oleh fasilitator.
Berbeda dengan lembaga pelatihan formal seperti Balai diklat/ pelatihan milik pererintah atau swasta, yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pola yang baku sesuai dengan jenis topik pelatihannya dan terkadang agak ketat karena sudah menggunakan standar-standar tertentu. Pelatihan teknis budidaya padi oleh P4S Permata Ibu, dilakukan secara sederhana, tetapi tetap memegang teguh mekanisme pembelajaran yang terstruktur melalui pendekatan magang “melakukan langsung sambil belajar”, yaitu melakukan proses pembelajaran langsung dilapangan dengan prinsip kerja melihat, memahami, mengerjakan, mengevaluasi dan menerapkan sendiri, yang di dampingi langsung oleh fasilitator dari petani yang merupakan pengurus P4S Permata Ibu.
Namun dalam pelatihan teknis budidaya padi ini fasilitator yang berasal dari pengurus P4S Permata Ibu yang disebut sebagai penyuluh swadaya, berkoordinasi dan berkonsultasi dengan penyuluh pertanian PNS dan BP4K serta Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat. Pada dasarnya penyuluh swadaya di P4S Permata Ibubekerja atas dasar sukarela tanpa menerima gaji/honor sebagaimana penyuluh pertanian lainnya, walaupun fakta dilapangan terdapat insentif yang diberikan pemerintahatas kinerja mereka sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Proses belajar dilakukan di tempat yang disesuaikan dengan situasi dan materi pelatihan yang diberikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia dan dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan kegiatan tersebut. Selama magang peserta diwajibkan mengikuti dan meniru setiap kegiatan atau pekerjaan yang sedang dilakukan oleh pelatih secara berulang-ulang hingga peserta tersebut telah bisa mengerjakannya sendiri. Namun hal ini dapat membuat peserta merasa terpaksa dan kelelahan akibat pengerjaan yang berulang-ulanng di lahan usahatani.
Selama proses belajar berlangsung, seluruh kegiatan peserta dipantau oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat sebagai pemilik program pelatihan ini. Monitoring dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah kegiatan pelatihan telah berjalan sesuai rencana , apa hambatan yang terjadi, dan bagaimana cara mengatasi hambatan yang ditemui.


KESIMPULAN
Dalam upaya pencapaian swasembada padi, pemeritah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Sumatera Barat mengadakan pelatihan teknis budidaya padi salah satunya yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Permata Ibu. Proses belajar diikuti oleh 20 orang petani padi sawah  dengan metode belajar langsung dilahan usahatani. Setiap peserta ikut berpartisipasi aktif karena keseusaian temat pelatihan dengan belajar dari pengalaman berusahatani yang telah dimiliki oleh peserta. Peserta antusias dalam belajar karena didampingi oleh penyuluh yang menjalankan perannya sejajar dengan peserta karena penyuluhnya merupakan petani pengurus P4S Permata Ibu. Proses belajar yang berlangsunng pada pelatihan teknis budidaya padi sebagian besar telah dijalankan sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa. Namun dalam hal penetapan tujuan belajar peserta tidak dilibatkan dalam penyusunannya.
Dalam program penyuluhan dengan metode pelatihan sebaiknya tidak hanya memprioritaskan pada materi pelatihan teknis budidaya saja dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian saja melainkan juga harus lebih mementingkan pemberdaayaan petani dalam mengelola pertaniannya dari persiapan saprodi hingga pengolahan hasil pertanian serta pemasaran hasil pertanian tersebut.

Posting Komentar

1 Komentar