Ekonomi biaya transaksi merupakan salah satu alat analisis yang popular dalam ilmu ekonomi kelembagaan yang sering digunakan untuk mengukur efisien tidaknya desain kelembagaan. Meskipun begitu, dalam operasionalisasi alat analisis ini masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut dibagi menjadi 3 level, yaitu :
a. Secara teoritis masih belum terungkap secara tepat defenisi dari biaya transaksi itu sendiri, sehingga timbul perbedaan cara pandang yang berbeda antara ahli ekonomi kelembagaan.
b. Setiap transaksi ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga variable dari biaya transaksi juga berlaku secara khusus.
c. Meskipun defenisi dan variable telah dirumuskan dengan baik, maka timbul masalah bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang sangat strategis karena akan menuntun kepada akurasi sebuah analisis kelembagaan, terutama untuk melihat efisiensinya.
1. DEFENISI DAN MAKNA BIAYA TRANSAKSI
Jika ditelusuri kebelakang, teori ekonomi kelembagaan merupakan pemekaran dari teori biaya transaksi yang muncul akibat kegagalan pasar. Inilah yang menimbulkan biaya transaksi yang sekaligus dapat didefenisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi , pengukuran dan pemaksaan pertukaran.
Singkatnya teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai basis unit analisis, sedangkan teori neo klasik memakai produk sebagai dasar unit analisis. Defenisi yang paling umum tentang produksi adalah bahwa aktivitas ini menciptakan manfaat pada masa sekarang dan mendatang (factor-faktor produksi ) kedalam output. Sedangkan transaksi terjadi bila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang terpisah. Satu tahap aktivitas berhenti dan tahap lain dimulai. Dan unit terakhir dari sebuah aktivitas harus mengandung tiga prinsip, yaitu konflik, saling menguntungkan, dan ketertiban.
Literature ekonomi memberikan defenisi yang beragam tentamg biaya transaksi, ringkasnya biaya transsaksi adalah biaya untuk melakukan negosiasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran. Sedangkan menurut Mburu biaya transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu : biaya pencarian dan informasi, biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak, dan biaya pengawasan, pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan.
Biaya transaksi dapat pula dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Biaya transaksi tetap, yaitu investasi spesifik yang dibuat didalam menyusun kesepakatan kelembagaan.
b. Biaya transaksi variable, yakni biaya yang tergantung pada jumlah dan volume transaksi.
Secara spesifik, biaya transaksi pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Biaya untuk menyiapkan kontrak ( biaya untuk pencarian dan informasi)
b. Biaya untuk mengeksekusi kontrak (biaya negosiasi dan pengambilan keputusan),
c. Biaya pengawasan dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak.
Sedangkan biaya transaksi menejerial meliputi:
a. Biaya penyusunan pemeliharaan, atau perubahan desain organisasi
b. Biaya menjalankan organisasi yang kemudian dapat dipilah dalam 2 kategori yaitu :
· biaya informasi, biaya untuk membuat keputusan, pengawasan pelaksanaan pesanan, pengukuran kinerja pekerja, biaya agensi, biaya manajemen informasi, dsb.
· biaya yang diasosiasikan dengan transfer fisik barang dan jasa yang divisinya terpisah.
Dan biaya transaksi politik berhubungan dengan penyediaan organisasi dan barang public yang diasosiasikan dengan aspek politik. Secara umum biaya transaksi politik berhubungan dengan penyediaan organisasi dan barang public yang dilakukan melalui tindakan kolektif dan dan dapat dianggap sebagai analogi dari biaya transaksi manajerial.
Secara khusus, biaya ini meliputi
a. biaya penyusunan, pemeliharaan, dan perubahan organisasi politik formal dan informal.
b. Biaya untuk menjalankan politik, yaitu biaya pengeluaran masa sekarang untuk hal-hal yang berkaitan dengan tugas kekuasaan (untuk legislasi, pertahanan, admininstrasi pengadilan, dan pendidikan).
Literature ekonomi biaya transaksi mengidentifikasi tiga biaya yang sangat penting dalam proses pertukaran. Yaitu :
a. Biaya yang muncul atas seluruh perbedaan yang terjadi belakangan setelah hubungan kontrak diputuskan dan biaya perencanaan untuk menyelesaikan bagaimana persoalan perbedaan tersebut harus diselesaikan.
b. Biaya negosiasi dengan pihak lain berkenaan dengan rencana yang yang dibuat.
c. Biaya pembuatan rencana yang dalam implementasinya dapat ditegakkan oleh pihak ketiga apabila terjadi perselisihan.
Dari sudut pandang yang lain, biaya transaksi tersebut dapat pula dipisahkan menjadi biaya transaksi tersebut dapat pula dipisahkan menjadi :
a. biaya transaksi sebelum kontrak, adalah biaya membuat draf, negosiasi, dan mengamankan kesepakatan.
b. biaya transaksi setelah kontrak, meliputi biaya-biaya sebagai berikut :
· biaya kegagalan adaptasi ketika transaksi menyimpang dari kesepakatan yang telah dipersyaratkan.
· Biaya negosiasi/ tawarmenawar yang terjadi jika upaya bilateral dilakukan untuk mengoreksi penyimpangan setelah kontrak.
· Biaya untuk merancang dan menjalankan kegiatan yang berubungan dengan struktur tata kelola pemerintahan apabila terjadi sengketa.
· Biaya pengikatan agar komitmen yang telah dilakukan dapat dijamin.
2. RASIONALITAS TERBATAS DAN PERILAKU OPORTUNISTIS
Dua asumsi perilaku ketika analisi biaya transaksi beroperasi adalah rasonalitas terbatas dan perilaku oportunis, yang secara umum termanifestasikan dalam wujud menghindari kerugian, penyimpangan moral, penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk perilaku strategis lainnya untuk menjelaskan pilihan system kontrak dan struktur kepemilikan perusahaan.
a. Rasionalitas terbatas, merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan. Konsep ini didasarkan pada dua prinsip :
· Individu atau kelompok yang terdiri atas beberapa individu, memiliki batas-batas kemampuan untuk memproses dan menggunakan informasi yang tersedia.
· Tidak mungkin menyatakan bahwa semua Negara didunia dan semua hubungan sebab akibat akan relevan dapat diidentifikasi dengan bersandarkan kepada kejadian sebelumnya.
b. Perilaku oportunistis, adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun, laba yang didapat dari keuntunga yang bersifat keunggulan produktif tidak dianggap sebagai sikap oportunistis.
Jadi, agar pertukaran atau perdagangan dapat terjadi dengan biaya transaksi yang murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumberdaya dalam tiga wilayah yang tergolong kegiatan kontrak :
a. Mengukur atribut yang dapat dinilai sehingga proses pertukaran/transaksi terjadi. Hal ini cukup penting untuk mengetahui bahwa barang dan jasa tersebut tidak homogeny, tetapi memiliki atribut yang bervariasi.
b. Melindungi hak-hak terhadap barang dan jasa yang telah dipertukarkan.
c. Meregulasi dan menegakkan kesepakatan.
Dengan begitu, factor paling penting yang mempengaruhi besaran biaya transaksi adalah sifat hak-hak kepemilikan didalam masyarakat. Karena hal ini dapat berdapak pada pencapaian ekonomi dan sangat vital untuk pembentukan biaya transaksi dan untuk menjamin keamanan yang dibutuhkan bagi investasi jangka panjang.
0 Komentar