Sari Dewi Karlina, Rinurva Niapma, Yuma yunita
Rahmi Putri Zam, Cut Mutiani
Rahmi Putri Zam, Cut Mutiani
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Abstrak
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam memproduksi berbagai jenis ternak, salah satunya adalah kabupaten Pesisir Selatan. Daerah ini termasuk salah satu daerah yang memproduksi berbagai jenis ternak dengan tingkat populasi ternak yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali ternak kuda yang tidak mengalami penambahan dari tahun sebelumnya tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan faktor ekternal yang mempengaruhi pengembangan usaha agribisnis kambing di Pesisir Selatan, serta merumuskan strategi – strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha agribisnis kambing di Pesisir Selatan. Hasil analisis menunjukan bahwa sistem usaha tani ternak kambing dan terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan. Terdapat beberapa kekuatan , kelemahan , peluang serta ancaman dalam melakukan usaha tani ternak kambing tersebut. Dalam mengembangkan ternak kambing, peternak di kabupaten Pesisir Selatan harus bisa mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal dengan demikian kabupaten pesisir selatan memiliki potensi untuk mengembangkan usaha tani ternak kambing.
Kata kunci : kambing, strategi, agribisnis ternak
PENDAHULUAN
Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan adalah meningkatkan kesejahteraan petani peternak melalui peningkatan pendapatan, meningkatkan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, meningkatkan gizi masyarakat, mengembangkan agribisnis peternakan dalam rangka perluasan kesempatan kerja. Salah satu komoditi ternak yang memiliki potensi dalam pembangunan sub sektor peternakan adalah ternak kambing.
Ternak kambing memiliki populasi cukup tinggi dibandingkan dengan ternak ruminansia kecil lainnya. Populasi ternak kambing di Indonesia sekitar 11 juta ekor dan sistem produksi ternak kambing di Indonesia masih tradisional dan merupakan bagian dari system usahatani. Ternak kambing mempunyai prospek untuk dikembangkan bagi peternak kecil karena mudah dipelihara. Selain itu ternak kambing juga cepat berkembang biak karena sekali beranak dapat mencapai dua atau tiga ekor dan dalam setiap tahun dapat beranak dua kali atau minimal tiga kali dalam dua tahun.
Ditinjau dari segi ekonomi memelihara ternak kambing sangat menguntungkan, tetapi umumnya petani atau peternak memelihara kambing hanya sebagai sampingan atau merupakan tabungan, apabila si pemilik membutuhkan uang maka ternak kambing dapt dijual dengan cepat. Penjualan dilakukan di pasar-pasar, pedagang perantara, atau langsung kepada konsumen. Hal ini membuktikan bahwa beternak kambing sangat cocok bagi petani kecil yang mempunyai modal yang terbatas.
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam memproduksi berbagai jenis ternak, salah satunya adalah kabupaten Pesisir Selatan. Daerah ini termasuk salah satu daerah yang memproduksi berbagai jenis ternak dengan tingkat populasi ternak yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali ternak kuda yang tidak mengalami penambahan dari tahun sebelumnya.
Salah satu ternak yang dikembangkan di daerah Pesisir Selatan adalah kambing. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah ternak kambing pada tahun 2010 sebesar 3,15 persen dibandingkan dengan tahun 2009. Sejalan dengan peningkatan jumlah populasi ternak, konsumsi daging di tengah masyarakat juga mengalami peningkatan. Terutama konsumsi daging kambing yang meningkat sebesar 9,82% dibanding dengan tahun sebelumnya (Dinas Peternakan Kab. Pesisir Selatan, 2010).
Cara pemeliharaan ternak kambing oleh peternak di Pesisir Selatan masih bersifat tradisional sama halnya dengan daerah lainnya yang belum mengenal cara pemeliharaan yang maju. Menurut Anonimous (1991), pemeliharaan yang dilakukan secara tradisional berlangsung dalam lingkungan keluarga dan pengawasannya dilakukan secara berkala, pada umumnya ternak kambing dilepaskan di padang pengembalaan dan melakukan perkawinan bebas secara alam yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan mutu genetik ternak kambing. Penurunan mutu genetik ternak kambing akan mempengaruhi produktifitas sehingga secara tidak langung akan berdampak pada penurunan terhadap pendapatan peternak. Berdasarkan latar belakang perumusan masalah tersebut, maka perlu rasanya dilakukan suatu kajian analisis tentang bagaimana strategi pengembangan agribisnis kambing di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang dapat diterapkan.
Cara pemeliharaan ternak kambing oleh peternak di Pesisir Selatan masih bersifat tradisional sama halnya dengan daerah lainnya yang belum mengenal cara pemeliharaan yang maju. Menurut Anonimous (1991), pemeliharaan yang dilakukan secara tradisional berlangsung dalam lingkungan keluarga dan pengawasannya dilakukan secara berkala, pada umumnya ternak kambing dilepaskan di padang pengembalaan dan melakukan perkawinan bebas secara alam yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan mutu genetik ternak kambing. Penurunan mutu genetik ternak kambing akan mempengaruhi produktifitas sehingga secara tidak langung akan berdampak pada penurunan terhadap pendapatan peternak. Berdasarkan latar belakang perumusan masalah tersebut, maka perlu rasanya dilakukan suatu kajian analisis tentang bagaimana strategi pengembangan agribisnis kambing di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang dapat diterapkan.
Adapun tujuan dari dilakukannya kajian analisis ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor ekternal yang mempengaruhi pengembangan usaha agribisnis kambing di Pesisir Selatan, serta merumuskan strategi – strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha agribisnis kambing di Pesisir Selatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis
Agribisnis peternakan adalah semua kegiatan peternakan, yang dimulai dari subsistem penyediaan sarana produksi ternak, proses produksi (budidaya) ternak, penanganan pasca panen, pengolahan dan subsistem pemasaran. Sistem agribisnis peternakan adalah keterkaitan yang saling mendukung dan tidak boleh terpotong antara kegiatan subsistem agribisnis satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk suatu totalitas.
Konsep Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan dan menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang (David, 2004). Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan (Jauch dan Glueck, 1995).
Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor-faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Analisis Lingkungan Eksternal
David (2004) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari.
Usaha Ternak Kambing Dan Domba
Pemilihan Bibit Kambing dan Domba
Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging atau perah, misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dan lain-lain (Dinas Peternakan, 1997).
Pemberian Pakan Ternak
Pemberian pakan ternak kambing dan domba tergantung pada tujuan pemeliharaannya. Mulyono (2005) berpendapat bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi. Oleh karenanya, pakan harus tersedia terus. Pakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan sebagai pakan utama dan pakan penguat seperti konsentrat sebagai pakan tambahan (Suharno dan Nazarudin, 1994).
Pengaturan Kandang Ternak
Mulyono (2005) mengungkapkan bahwa dalam pemeliharaan kambing dan domba, perkandangan perlu diperhatikan. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan dan terik matahari sehingga ada rasa nyaman.dalam kandang yang baik, ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara normal. Sebaliknya, dalam kandang yang jelek memungkinkan ternak menjadi lambat tumbuh, kurang sehat, dan terjadi pemborosan pakan.
Pengendalian Penyakit Ternak
Dalam usaha peternakan kambing dan domba, kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono, 2005). Tindakan pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan kambing dan domba adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyebutkan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain: (1) memelihara kebersihan baik ternak, pakan, tempat minum, maupun peralatannya, (2) tidak mencampur domba yang sakit dengan yang sehat, sehingga tidak terjadi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegahan penyakit secara teratur.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha agribisnis ternak kambing di kabupaten Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa daerah inilah yang memiliki populasi ternak kambing paling banyak di provinsi Sumatera Barat dibandingkan daerah lainnya.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalahdata sekunder.Data sekunder merupakan data yang berbentuk tulisan atau dokumen yang berhubungan dengan permasalahan studi. Dokumentasi dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan data yang telah ada dan menggali teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan objek penelitian antara lain yaituBadan Pusat Statistik Sumatera Barat, data dari penelitian terdahulu dan literatur yang berhubungan dengan topik penelitian.
Variabel yang diamati
1. Untuk tujuan 1, yakni meliputi sub sistem sarana produksi, sub sistem usahatani, sub sistem pemasaran, sub sistem pengolahan hasil pertanian, dan sub sistem penunjang.
2. Untuk tujuan 2, menggunakan ‘hasil’ (klasifikasi ekternal-internal) pengamatan dari analisa pada variabel – variabel ‘tujuan 1’ dan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats) yang kemudian dimasukkan kedalam matriks SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan usaha ternak kambing.
Analisis Data
1. Untuk tujuan pertama, yaitu analisis lingkungan eksternal dan internal usaha ternak kambing di kabupaten Pesisir Selatan, maka analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mencari suatu uraian yang menyeluruh dan meneliti tentang suatu keadaan yang digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan (Nazir, 2005).
2. Untuk tujuan kedua, yaitu Merumuskan strategi pengembangan usaha ternak kambing di kabupaten Pesisir Selatan, maka Analisa yang digunakan ialah Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) menggunakan matrix SWOT (David, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subsistem Sarana Produksi
Bibit yang dihasilkan sendiri oleh peternak, dengan menggunakan bibit jenis peranakan etawa yang memiliki keunggulan yaitu produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun serta peternak yang memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan, merupakan kekuatan dalam sarana produksi. Sedangkan, banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan, serta tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak termasuk peluang yang dapat dimanfaatkan.
Namun, kelemahan dari usaha ternak kambing pada subsistem sarana produksi yaitu sistem pasok sarana produksi yang masih belum terorganisir dengan baik, keterbatasan modal peternak untuk biaya tenaga kerja, terdapatnya kualitas bibit yang rendah, teknologi pembibitan yang digunakan kurang intensif, dan ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak. Sedangkan, yang menjadi ancaman dari usaha ini yaitu musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan yang akan berdampak pada persediaan pakan ternak, tingginya konversi lahan peternakan yang akan berdampak pada turunnya penawaran akan produk kambing, ketidakpastian dari pemasok bahan baku akan mengahambat aktivitas usaha serta adanya isu tentang harga kambing yang tinggi.
Dengan keunggulan yang dimiliki serta melihat kelemahan , ancaman dan peluang yang ada maka strategi yang dapat dilakukan adalah memperkuat hubungan dengan pemasok untuk persediaan bahan baku secara kontiniu guna memenuhi permintaan, melakukan pengembangan bibit kambing yang berasal dari indukan dengan teknologi inseminasi buatan, meningkatkan produktivitas kambing sebagai bibit dan meningkatkan kemitraaan dengan banyak pemasok termasuk pemasok kambing etawa, menjaga bibit (anakan kambing) yang masih kecil dengan menggunakan media incubator untuk menjaga stabilitas suhu bibit kambing dan daya tahan bibit dan dapat terhindar dari penyakit ternak, melakukan variasi bibit yang akan diusahakan untuk mendapatkan kualitas bibit yang berbeda, dan melakukan sistem pembibitan sendiri dengan dukungan teknologi yang modern.
Subsistem Usahatani
Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat dan perawatan serta pemeliharaannya lebih mudah, lalu adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok merupakan keunggulan atau kekuatan yang dimiliki oleh peternak dalam melakukan usaha ternak kambing ini, dan peternak juga memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi.
Kambing dapat dipelihara dalam skala industri serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga, ini menjadi salah satu peluang dalam subsistem usaha ternak kambing.
Namun, kelemahannya adalah sistem pemeliharaan yang masih tradisional dan teknologi pemeliharaan yang digunakan masih rendah. Sedangkan ancaman dari usaha ini adalah adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan, tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar, tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan, biaya perawatan terhadap penyakit ternak cukup besar, serta penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks.
Dengan keunggulan yang dimiliki serta melihat kelemahan , ancaman dan peluang yang ada maka strategi yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah tenaga kerja (SDM) guna memaksimalkan potensi usaha, mengelola SDM dan SDA secara terstruktur dan terorganisir guna mempertahankan kedudukan usaha sesuai dengan yang sedang digalakan oleh pemerintah (UKM berbasis agribisnis), membuat pakan alternatif dari jerami padi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak kambing. melakukan kemitraan dengan peternak kambing lain sebagai penunjang usaha tani ternak kambing, memperluas skala usaha ternak kambing hingga berbasis industry dengan sistem yang modern, mengupayakan ternak kambing terhindar dari penyakit dengan cara menjaga asupan gizi bagi ternak kambing, melakukan pemeliharaan dengan memadukan antara sistem pemeliharaaan tradisional dengan sistem modern dengan memanfaatkan teknologi sebagai penunjang usaha tani ternak kambing, dan meningkatkan penggunaan teknologi dalam pemeliharaan ternak kambing.
Subsistem Pemasaran
Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi merupakan keunggulan yang dimiliki peternak untuk menunjang kegiatan pemasaran ternak kambing. Peluang yang dimiliki dalam berusaha tani ternak kambing ini yaitu harga daging kambing meningkat dan harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas. Selain itu terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat membuat daging kambing dan susu kambing menjadi salah satu pilihan dalam peningkatan gizi masyarakat.
Namun kelemahannya adalah produksi susu kambing sangat tebatas. Jika dilihat dengan perspektif sosial budaya, daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha sementara itu, pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor) dimana pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar negara. Ancaman yang dihadapi adalah sejauh ini daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen dan pasar ternak yang tersedia masih terbatas.
Dengan keunggulan yang dimiliki serta melihat kelemahan , ancaman dan peluang yang dimiliki maka strategi yang dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun adalah menjadi produsen pupuk organik dari pengolahan limbah kotoran kambing untuk diperjualbelikan, menjangkau pasar diluar wilayah peternakan dengan efektifitas transportasi dan alat komunikasi dan melakukan pemasaran dengan engandalkan teknologi internet, memanfaatkan pasar musiman ataupun permintaan pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk meminimalisir pengolahan hasil ternak kambing, elakukan kemitraan dengan pelaku bisnis lainnya yang bahan bakunya berasal dari kambing serta melakukan promosi terhadap produk hasil peternakan kambing seperti daging kambing yang tidak memerlukan biaya besar dalam pengolahannya agar minat masyarakat terhadap daging kambing menjadi lebih baik, dan menambah produksi susu untuk dapat mendistribusikan dan mengembangkan pasar susu kambing ke berbagai daerah maupun negara lain.
Subsistem Pengolahan Hasil
Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan merupakan salah satu kekuatan dari usaha ternak kambing. Selain itu, kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari, susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lainnya dan cita rasa daging kambing sangat spesifik. Namun, jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung dan juga kurangnya pengetahuan serta keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing menjadi kelemahan dalam melakukan usaha ternak kambing tersebut. Kemudian, kulit kambing yang dapat digunakan untuk kebutuhan industri dan limbah kotoran kambing yang dapat diolah menjadi pupuk organik bisa menjadi peluang bagi peternak untuk menambah pendapatan.
Beberapa ancaman dalam pengolahan hasil peternakan kambing adalah susu kambing belum banyak dikenal dan kurang popular di tengah masyarakat dan juga daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi.
Dengan keunggulan yang dimiliki serta melihat kelemahan , ancaman dan peluang yang ada maka strategi yang dapat dilakukan adalah menciptakan produk sesuai dwiguna dan keunggulan guna menarik pelanggan dan optimalisasi keuntungan, menciptakan produk-produk yang bernilai tambah selain daging dan susu kambing seperti pemanfaatan limbah kotoran sebagai pupuk organik dan kulit sebagai bahan baku kerajinan, dan meningkatkan produksi susu kambing dan mengolah susu menjadi produk jadi seperti youghurt
Subsistem Penunjang
Usaha ternak kambing tidak terlepas dari subsitem penunjang yang sangat membantu dalam memperlancar usaha dan pengembangan ternak kambing seperti modal, dan tenaga lapangan/penyuluh. Namun, pada kenyataannya petugas lapangan/tenaga penyuluh sangat terbatas dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak, kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan, merupakan beberapa kelemahan dari subsistem penunjang.
Selain itu disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT ternyata lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri sehingga bisa dirasakan menjadi suatu ancaman oleh peternak kambing. Banyak peluang yang bisa di ambil dari usaha ternak kambing saat ini. Salah satunya kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing sangat membantu untuk mengembangkan usaha ternak. Ditambah dengan adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah yaitu bisa dilihat dari kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak.
Dengan keunggulan yang dimiliki serta melihat kelemahan , ancaman dan peluang yang ada maka strategi yang dapat dilakukan adalah menyediakan saran dan prasarana untuk mendukung kegiatan usaha secara kontiniu, melakukan kegiatan pengembangan dengan mengikuti seminar ataupun pelatihan mengenai strategi beternak kambing yang baik dan pelatihan yang terkait dengan pernakan kambing lainnya, melakukan kerjasama dengan pemerintah terkait agribisnis peternakan untuk menunjang keberlanjutan usaha tani ternak kambing, menambah penggunakan teknologi baik dari peternak sendiri ataupun bantuan dari pemerintah, melakukan pengembangan dan pelatihan untuk tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas usaha tani ternak kambing termasuk dalam pengolahan hasil menjadi produk yang berkualitas dan bekerjasama dengan produsen yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari kambing baik kulit ataupun limbahnya, mengikuti pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan oleh industi peternakan skala besar (swasta) untuk menunjang pemahaman dan peningkatan usaha tani kernak kambing.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan analisis ini, maka pembahasan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. faktor strategis kekuatan internal ternak kambing di Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut : (1) Bibit dihasilkan sendiri oleh peternak, (2) Memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan, (3) Produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun , (4) Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat, (5) Adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok, (6) Perawatan dan pemeliharaan kambing lebih mudah , (7) Memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi, (8) Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi, (9) Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan, (10) Kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari, (11) Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lain seperti sapi perah, (12) Cita rasa daging kambing sangat spesifik. Sedangkan faktor strategis kelemahan internal ternak Kambing di pesisir selatan yaitu : (1) Sistem pasok sarana produksi belum terorganisir dengan baik, (2) Keterbatasan modal untuk biaya tenaga kerja, (3) Kualitas bibit rendah, (4) Teknologi pembibitan yang kurang intensif, (5) Ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak, (6) Sistem pemeliharaan yang masih tradisional, (7) Teknologi pemeliharaan masih rendah, (8) Produksi susu kambing sangat tebatas, (9) Jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung, (10) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing.
2. Faktor strategis peluang ternak kambing di kabupaten pesisir selatan yaitu : (1) Banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan, (2) Tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak, (3) Kambing dapat dipelihara dalam skala industry serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga, (4) Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat, (5) Harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas, (6) Harga daging kambing meningkat, (7) Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor), (8) Pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar Negara, (9) Daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha, (10) Kulit kambing dapat digunakan untuk kebutuhan industry, (11) Limbah kotoran kambing dapat diolah menjadi pupuk organic, (12) Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak, (13) Kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing, (14) Adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah. Sedangkan faktor strategis ancaman ternak kambing di kabupaten pesisir selatan adalah : (1) Musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan, (2) Tingginya konversi lahan peternakan, (3) Ketidakpastian pasokan dari pemasok bahan baku, (4) Harga bibit kambing yang tinggi, (5) Adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan, (6) Tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar, (7) Tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan, (8) Biaya perawatanterhadap penyakit ternak cukup besar, (9) Penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks, (10) Daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen, (11) Pasar ternak yang teredia terbatas, (12) Susu kambing belum banyak dikenal dan kurang popular, (13) Daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi, (14) Terbatasnya petugas lapangan/ tenaga penyuluh dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak, (15) Kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan, (16) Disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri.
3. Dari analisis data yang dilakukan Input stage melalui matriks IFE dan EFE menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada ternak kambing di kabupaten pesisir selatan yaitu : strategi SO : (1) Menambah jumlah tenaga kerja (SDM) guna memaksimalkan potensi usaha, (2) Mengelola SDM dan SDA secara terstruktur dan terorganisir guna mempertahankan kedudukan usaha sesuai dengan yang sedang digalakan oleh pemerintah (UKM berbasis agribisnis), (3) Memperkuat hubungan dengan pemasok untuk persediaan bahan baku secara kontiniu guna memenuhi permintaan, (4) Menyediakan saran dan prasarana untuk mendukung kegiatan usaha secara kontiniu, (5) Menciptakan produk sesuai dwiguna dan keunggulan guna menarik pelanggan dan optimalisasi keuntungan, (6) Menjadi produsen pupuk organik dari pengolahan limbah kotoran kambing untuk diperjualbelikan. Strategi ST : (1) Melakukan pengembangan bibit kambing yang berasal dari indukan dengan teknologi inseminasi buatan, (2) Membuat pakan alternatif dari jerami padi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak kambing, (3) Meningkatkan produktivitas kambing sebagai bibit dan meningkatkan kemitraaan dengan banyak pemasok termasuk pemasok kambing etawa, (4) Melakukan kegiatan pengembangan dengan mengikuti seminar ataupun pelatihan mengenai strategi beternak kambing yang baik dan pelatihan yang terkait dengan pernakan kambing lainnya, (5) Menjaga bibit (anakan kambing) yang masih kecil dengan menggunakan media incubator untuk menjaga stabilitas suhu bibit kambing dan daya tahan bibit dan dapat terhindar dari penyakit ternak, (6) Menjangkau pasar diluar wilayah peternakan dengan efektifitas transportasi dan alat komunikasi dan melakukan pemasaran dengan engandalkan teknologi internet. Strategi WO : (1) Melakukan kemitraan dengan peternak kambing lain sebagai penunjang usaha tani ternak kambing, (2) Melakukan variasi bibit yang akan diusahakan untuk mendapatkan kualitas bibit yang berbeda, (3) Melakukan kerjasama dengan pemerintah terkait agribisnis peternakan untuk menunjang keberlanjutan usaha tani ternak kambing, (4) Memperluas skala usaha ternak kambing hingga berbasis industry dengan sistem yang modern, (5) Menambah penggunakan teknologi baik dari peternak sendiri ataupun bantuan dari pemerintah, (6) Meningkatkan produksi susu kambing dan mengolah susu menjadi produk jadi seperti youghurt, (7) Memanfaatkan pasar musiman ataupun permintaan pada kegiatan kegiatan tertentu untuk meminimalisir pengolahan hasil ternak kambing, (8) Melakukan pengembangan dan pelatihan untuk tenaga kerja gunameningkatkan produktivitas usaha tani ternak kambing termasuk dalam pengolahan hasil menjadi produk yang berkualitas dan bekerjasama dengan produsen yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari kambing baik kulit ataupun limbahnya. Strategi WT : (1) Melakukan sistem pembibitan sendiri dengan dukungan teknologi yang modern, (2) Melakukan kemitraan dengan pelaku bisnis lainnya yang bahan bakunya berasal dari kambing serta melakukan promosi terhadap produk hasil peternakan kambing seperti daging kambing yang tidak memerlukan biaya besar dalam pengolahannya agar minat masyarakat terhadap daging kambing menjadi lebih baik, (3) Mengupayakan ternak kambing terhindar dari penyakit dengan cara menjaga asupan gizi bagi ternak kambing, (4) Melakukan pemeliharaan dengan memadukan antara sistem pemeliharaaan tradisional dengan sistem modern dengan memanfaatkan teknologi sebagai penunjang usaha tani ternak kambing, (5) Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pemeliharaan ternak kambing, (6) Menambah produksi susu untuk dapat mendistribusikan dan mengembangkan pasar susu kambing ke berbagai daerah maupun negara lain, (7) Mengikuti pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan oleh industi peternakan skala besar (swasta) untuk menunjang pemahaman dan peningkatan usaha tani kernak kambing.
Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, saran yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Dalam mengembangkan ternak kambing, peternak di kabupaten pesisir selatan harus bisa mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2. Mengambil peluang pasar yang ada untuk melakukan pengembangan usaha dengan memperhitungkan sumber daya yang dimiliki, seperti menambah jumlah kambing dan perluasan kandang dengan mengajukan proposal dan melakukan studi kelayakan usaha yang lengkap agar semua aspek dapat dirncanakan serta memugkinkan untuk mencari calon pemodal.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Edi, Dkk. 1999. Makalah Pengabdian Masyarakat: Penerapan Manajemen Agribisnis Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kelompok Wanita Peternak Domba Di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen, Kodya Dati II Semarang. Universitas Diponegoro.
Purworo, Pras. 2009. Analisis Strategi Pemasaran Susu Kambing (Studi Kasus : PT. Caprito Agrindo Prima, Kec. Cariu Bogor).Universitas Islam Negeri ; Jakarta.
Santoso, Agus. 2008. Stategi Pengembangan Bisnis Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus : UKM Kambing Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). IPB.
Sasongko, Triaji Heri. 2006. Skripsi: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing Dan Domba Pada MT Farma, Ciampea, Bogor. IPB.
Winarso, Bambang. 2009. Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing/Domba Di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ; Bogor.
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS
1. SUBSISTEM SARANA PRODUKSI
No. | Keterangan | Analisa SWOT | |||
1 | Banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan | S | W | O | T |
2 | Bibit dihasilkan sendiri oleh peternak | S | W | O | T |
3 | Memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan | S | W | O | T |
4 | Sistem pasok sarana produksi belum terorganisir dengan baik | S | W | O | T |
5 | Keterbatasan modal untuk biaya tenaga kerja | S | W | O | T |
6 | Kualitas bibit rendah | S | W | O | T |
7 | Musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan | S | W | O | T |
8 | Teknologi pembibitan yang kurang intensif | S | W | O | T |
9 | Tingginya konversi lahan peternakan | S | W | O | T |
10 | Produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun. | S | W | O | T |
11 | Tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak | S | W | O | T |
12 | Ketidakpastian pasokan dari pemasok bahan baku | S | W | O | T |
13 | Ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak | S | W | O | T |
14 | Harga bibit kambing yang tinggi | S | W | O | T |
2. SUBSISTEM USAHATANI
1. Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat | S | W | O | T |
2. Adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan | S | W | O | T |
3. Adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok | S | W | O | T |
4. Kambing dapat dipelihara dalam skala industry serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga. | S | W | O | T |
5. Tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar. | S | W | O | T |
6. Perawatan dan pemeliharaan kambing lebih mudah | S | W | O | T |
7. Memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi | S | W | O | T |
8. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional | S | W | O | T |
9. Tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan | S | W | O | T |
10. Biaya perawatan terhadap penyakit ternak cukup besar | S | W | O | T |
11. Penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks | S | W | O | T |
12. Teknologi pemeliharaan masih rendah | S | W | O | T |
3. SUBSISTEM PEMASARAN
1. Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat. | S | W | O | T |
2. Produksi susu kambing sangat tebatas | S | W | O | T |
3. Daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen | S | W | O | T |
4. Harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas | S | W | O | T |
5. Harga daging kambing meningkat | S | W | O | T |
6. Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor) | S | W | O | T |
7. Pasar ternak yang teredia terbatas | S | W | O | T |
8. Pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar Negara | S | W | O | T |
9. Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi. | S | W | O | T |
10. Daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha | S | W | O | T |
4. SUBSISTEM PENGOLAHAN HASIL TERNAK
1 | Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan | S | W | O | T |
2 | Jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung | S | W | O | T |
3 | Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing | S | W | O | T |
4 | Susu kambing belum banyak dikenal dan kurang populer | S | W | O | T |
5 | Kulit kambing dapat digunakan untuk kebutuhan industri | S | W | O | T |
6 | Limbah kotoran kambing dapat diolah menjadi pupuk organik | S | W | O | T |
7 | Daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi | S | W | O | T |
8 | Kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari | S | W | O | T |
9 | Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lain seperti sapi perah | S | W | O | T |
10 | Cita rasa daging kambing sangat spesifik | S | W | O | T |
5. SUBSISTEM PENUNJANG
1 | Terbatasnya petugas lapangan/ tenaga penyuluh dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak | S | W | O | T |
2 | Kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan | S | W | O | T |
3 | Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak | S | W | O | T |
4 | Kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing | S | W | O | T |
5 | Disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri | S | W | O | T |
6 | Adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah | S | W | O | T |
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL |
KEKUATAN (S) 1. Bibit dihasilkan sendiri oleh peternak 2. Memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan 3. Produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun 4. Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat 5. Adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok 6. Perawatan dan pemeliharaan kambing lebih mudah 7. Memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi 8. Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi. 9. Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan 10. Kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari 11. Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lain seperti sapi perah 12. Cita rasa daging kambing sangat spesifik |
KELEMAHAN (W) 1. Sistem pasok sarana produksi belum terorganisir dengan baik 2. Keterbatasan modal untuk biaya tenaga kerja 3. Kualitas bibit rendah 4. Teknologi pembibitan yang kurang intensif 5. Ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak 6. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional 7. Teknologi pemeliharaan masih rendah 8. Produksi susu kambing sangat tebatas 9. Jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung 10. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing |
FAKTOR EKSTERNAL |
PELUANG (O) 1. Banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan 2. Tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak 3. Kambing dapat dipelihara dalam skala industry serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga. 4. Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat. 5. Harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas 6. Harga daging kambing meningkat 7. Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor) 8. Pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar Negara 9. Daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha 10. Kulit kambing dapat digunakan untuk kebutuhan industry 11. Limbah kotoran kambing dapat diolah menjadi pupuk organic 12. Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak 13. Kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing 14. Adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah |
ANCAMAN (T) 1. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan 2. Tingginya konversi lahan peternakan 3. Ketidakpastian pasokan dari pemasok bahan baku 4. Harga bibit kambing yang tinggi 5. Adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan 6. Tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar. 7. Tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan 8. Biaya perawatan terhadap penyakit ternak cukup besar 9. Penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks 10. Daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen 11. Pasar ternak yang teredia terbatas 12. Susu kambing belum banyak dikenal dan kurang popular 13. Daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi 14. Terbatasnya petugas lapangan/ tenaga penyuluh dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak 15. Kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan 16. Disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri |
FORMULASI STRATEGI DENGAN PENCOCOKAN SWOT
STRATEGI UMUM
STRATEGI UMUM
KEKUATAN (S) | PELUANG (O) | |
1. Bibit dihasilkan sendiri oleh peternak 2. Memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan 3. Produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun 4. Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat 5. Adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok 6. Perawatan dan pemeliharaan kambing lebih mudah 7. Memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi 8. Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi. 9. Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan 10. Kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari 11. Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lain seperti sapi perah 12. Cita rasa daging kambing sangat spesifik | 1. Banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan 2. Tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak 3. Kambing dapat dipelihara dalam skala industry serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga. 4. Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat. 5. Harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas 6. Harga daging kambing meningkat 7. Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor) 8. Pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar Negara 9. Daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha 10. Kulit kambing dapat digunakan untuk kebutuhan industry 11. Limbah kotoran kambing dapat diolah menjadi pupuk organik 12. Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak 13. Kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing 14. Adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah | |
STRATEGI KEKUATAN PELUANG (SO) | ||
1. (S,1,3,4,6 ; O,1,3) : Menambah jumlah tenaga kerja (SDM) guna memaksimalkan potensi usaha (usahatani) 2. (S,2,7 ; O,12) : Mengelola SDM dan SDA secara terstruktur dan terorganisir guna mempertahankan kedudukan usaha sesuai dengan yang sedang digalakan oleh pemerintah (UKM berbasis agribisnis) (usahatani) 3. (S,5 ; O,2,7,8,9) : Memperkuat hubungan dengan pemasok untuk persediaan bahan baku secara kontiniu guna memenuhi permintaan (sarana produksi) 4. (S,8 ; O,14) : Menyediakan saran dan prasarana untuk mendukung kegiatan usaha secara kontiniu (penunjang) 5. (S,9,10,11,12 ; O,4,5,6,13) : Menciptakan produk sesuai dwiguna dan keunggulan guna menarik pelanggan dan optimalisasi keuntungan (pengolahan hasil ternak) 6. (S,1; O,10,11) : Menjadi produsen pupuk organik dari pengolahan limbah kotoran kambing untuk diperjualbelikan (pemasaran) | ||
KEKUATAN (S) | ANCAMAN (T) | |
1. Bibit dihasilkan sendiri oleh peternak 2. Memiliki lahan sebagai sumber pakan hijauan 3. Produktivitas kambing peranakan etawa tinggi, sampai tiga kali dalam setahun 4. Pengembangbiakkan kambing yang cukup singkat 5. Adanya hubungan yang baik dengan pembeli dan pemasok 6. Perawatan dan pemeliharaan kambing lebih mudah 7. Memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, mempunyai loyalitas dan motivasi tinggi 8. Penggunaan motor atau mobil sebagai alat transportasi pengangkutan dan penggunaan handphone, komputer/internet sebagai alat komunikasi untuk mempermudah proses transaksi. 9. Kambing termasuk dwi guna, baik daging maupun susu dapat dimanfaatkan 10. Kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu sekitar 1,5-2,0 liter per hari 11. Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu ternak lain seperti sapi perah 12. Cita rasa daging kambing sangat spesifik | 1. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan 2. Tingginya konversi lahan peternakan 3. Ketidakpastian pasokan dari pemasok bahan baku 4. Harga bibit kambing yang tinggi 5. Adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan 6. Tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar. 7. Tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan 8. Biaya perawatan terhadap penyakit ternak cukup besar 9. Penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks 10. Daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen 11. Pasar ternak yang teredia terbatas 12. Susu kambing belum banyak dikenal dan kurang popular 13. Daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi 14. Terbatasnya petugas lapangan/ tenaga penyuluh dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak 15. Kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan 16. Disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri | |
STRATEGI KEKUATAN ANCAMAN (ST) | ||
1. (S1 : T4) : Melakukan pengembangan bibit kambing yang berasal dari indukan dengan teknologi inseminasi buatan (Sarana Produksi) 2. (S,2 : T,1,2) : Membuat pakan alternatif dari jerami padi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak kambing (Usaha Tani) 3. (S,3,5 : T,3) : Meningkatkan produktivitas kambing sebagai bibit dan meningkatkan kemitraaan dengan banyak pemasok termasuk pemasok kambing etawa (Sarana Produksi) 4. (S,4,7 : T,14,15) : Melakukan kegiatan pengembangan dengan mengikuti seminar ataupun pelatihan mengenai strategi beternak kambing yang baik dan pelatihan yang terkait dengan pernakan kambing lainnya (Penunjang) 5. (S,6 : T,6,7,8,9) : Menjaga bibit (anakan kambing) yang masih kecil dengan menggunakan media incubator untuk menjaga stabilitas suhu bibit kambing dan daya tahan bibit dan dapat terhindar dari penyakit ternak (Sarana Produksi) 6. (S,8 : T,5,11) : Menjangkau pasar diluar wilayah peternakan dengan efektifitas transportasi dan alat komunikasi dan melakukan pemasaran dengan engandalkan teknologi internet (pemasaran) (S,9,10,11,12 :T,101,12,13,16) : Menciptakan produk-produk yang bernilai tambah selain daging dan susu kambing seperti pemanfaatan limbah kotoran sebagai pupuk organik dan kulit sebagai bahan baku kerajian (pengolahan hasil peternakan) | ||
KELEMAHAN (W) | PELUANG (O) |
1. Sistem pasok sarana produksi belum terorganisir dengan baik 2. Keterbatasan modal untuk biaya tenaga kerja 3. Kualitas bibit rendah 4. Teknologi pembibitan yang kurang intensif 5. Ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak 6. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional 7. Teknologi pemeliharaan masih rendah 8. Produksi susu kambing sangat tebatas 9. Jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung 10. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing | 1. Banyaknya jenis bibit kambing yang dapat diusahakan 2. Tersedianya perusahaan pemasok bahan baku yang cukup banyak 3. Kambing dapat dipelihara dalam skala industry serta skala kecil untuk keperluan rumah tangga. 4. Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat. 5. Harga jual produk susu kambing cukup tinggi karena susu kambing dinilai merupakan produk istimewa dan pasokannya terbatas 6. Harga daging kambing meningkat 7. Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor) 8. Pemerintah menyetujui perjanjian perdagangan bebas antar Negara 9. Daging kambing identik dengan kegiatan sosial keagamaan yang tidak bisa digantikan dengan daging yang lain seperti aqiqah dan hari besar idul adha 10. Kulit kambing dapat digunakan untuk kebutuhan industry 11. Limbah kotoran kambing dapat diolah menjadi pupuk organic 12. Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah yang berbasis agribisnis untuk mendukung pengembangan prospek usaha ternak 13. Kerjasama kemitraan dalam usaha penggemukan ternak kambing 14. Adanya dukungan kebijakan di bidang peternakan dari pemerintah |
STRATEGI KELEMAHAN PELUANG (WO) |
1. (W,2 ; O,13) : Melakukan kemitraan dengan peternak kambing lain sebagai penunjang usaha tani ternak kambing (usaha tani) 2. (W,3 ; O,1) : Melakukan variasi bibit yang akan diusahakan untuk mendapatkan kualitas bibit yang berbeda (sarana produksi) 3. (W,5 ; O,12,14) : Melakukan kerjasama dengan pemerintah terkait agribisnis peternakan untuk menunjang keberlanjutan usaha tani ternak kambing (penunjang) 4. (W,6 ; O,3) : Memperluas skala usaha ternak kambing hingga berbasis industry dengan sistem yang modern (usahatani) 5. (W,7 ; O,12) : Menambah penggunakan teknologi baik dari peternak sendiri ataupun bantuan dari pemerintah (penunjang) 6. (W,8 ; O,5) : Meningkatkan produksi susu kambing dan mengolah susu menjadi produk jadi seperti youghurt (pengolahan hasil) 7. (W,9 ; O,9) : Memanfaatkan pasar musiman ataupun permintaan pada kegiatan kegiatan tertentu untuk meminimalisir pengolahan hasil ternak kambing (pemasaran) 8. (W,10 ; O,4,6,10,11) : Melakukan pengembangan dan pelatihan untuk tenaga kerja gunameningkatkan produktivitas usaha tani ternak kambing termasuk dalam pengolahan hasil menjadi produk yang berkualitas dan bekerjasama dengan produsen yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari kambing baik kulit ataupun limbahnya (penunjang) |
KELEMAHAN (W) | ANCAMAN (T) |
1. Sistem pasok sarana produksi belum terorganisir dengan baik 2. Keterbatasan modal untuk biaya tenaga kerja 3. Kualitas bibit rendah 4. Teknologi pembibitan yang kurang intensif 5. Ketersediaan obat yang masih terbatas oleh peternak 6. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional 7. Teknologi pemeliharaan masih rendah 8. Produksi susu kambing sangat tebatas 9. Jarang sekali peternak kambing yang mengolah hasil peternakannya secara langsung 10. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pengolahan hasil peternakan kambing | 1. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pakan hijauan 2. Tingginya konversi lahan peternakan 3. Ketidakpastian pasokan dari pemasok bahan baku 4. Harga bibit kambing yang tinggi 5. Adanya usaha peternakan yang sejenis di sekitar lokasi peternakan 6. Tinggi rendahnya suhu tubuh kambing sangat berkaitan dengan stress, aktivitas kegiatan, dan suhu lingkungan sekitar. 7. Tidak adanya investasi dan biaya yang nyata dalam pemeliharaan 8. Biaya perawatan terhadap penyakit ternak cukup besar 9. Penurunan produksi karena pengaruh cuaca dan penyakit antraks 10. Daging sapi, dan ternak unggas lebih diminati konsumen 11. Pasar ternak yang teredia terbatas 12. Susu kambing belum banyak dikenal dan kurang popular 13. Daging kambing sering dianggap sebagai pemicu penyakit darah tinggi 14. Terbatasnya petugas lapangan/ tenaga penyuluh dan minimnya sarana dan prasarana pembinaan terhadap peternak 15. Kurangnya modal usaha karena peternak sulit untuk menjangkau lembaga perbankan yang disebabkan oleh kendala persyaratan teknis perbankan 16. Disetujuinya perjanjian perdagangan AFTA dan GATT lebih berdampak pada peningkatan arus masuknya barang dari luar negeri |
STRATEGI KELEMAHAN ANCAMAN (WT) | |
1. (W,1,3,4 ; T,3,4) : Melakukan sistem pembibitan sendiri dengan dukungan teknologi yang modern (sarana produksi) 2. (W,2,9 ; T,10,12,13,15) : Melakukan kemitraan dengan pelaku bisnis lainnya yang bahan bakunya berasal dari kambing serta melakukan promosi terhadap produk hasil peternakan kambing seperti daging kambing yang tidak memerlukan biaya besar dalam pengolahannya agar minat masyarakat terhadap daging kambing menjadi lebih baik (pemasaran) 3. (W,5 ; T,8,9) : Mengupayakan ternak kambing terhindar dari penyakit dengan cara menjaga asupan gizi bagi ternak kambing (usaha tani) 4. (W,6 ; T,1,2) : Melakukan pemeliharaan dengan memadukan antara sistem pemeliharaaan tradisional dengan sistem modern dengan memanfaatkan teknologi sebagai penunjang usaha tani ternak kambing (usaha tani) 5. (W,7 ; T,6,7) : Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pemeliharaan ternak kambing (usaha tani) 6. (W,8 ; T,5,16) : Menambah produksi susu untuk dapat mendistribusikan dan mengembangkan pasar susu kambing ke berbagai daerah maupun negara lain (pemasaran) 7. (W,10 ; T,14) : Mengikuti pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan oleh industi peternakan skala besar (swasta) untuk menunjang pemahaman dan peningkatan usaha tani kernak kambing (penunjang) |
STRATEGI FUNGSI
STRATEGI SUBSISTEM SARANA PRODUKSI |
1. Memperkuat hubungan dengan pemasok untuk persediaan bahan baku secara kontiniu guna memenuhi permintaan 2. Melakukan pengembangan bibit kambing yang berasal dari indukan dengan teknologi inseminasi buatan 3. Meningkatkan produktivitas kambing sebagai bibit dan meningkatkan kemitraaan dengan banyak pemasok termasuk pemasok kambing etawa 4. Menjaga bibit (anakan kambing) yang masih kecil dengan menggunakan media incubator untuk menjaga stabilitas suhu bibit kambing dan daya tahan bibit dan dapat terhindar dari penyakit ternak 5. Melakukan variasi bibit yang akan diusahakan untuk mendapatkan kualitas bibit yang berbeda 6. Melakukan sistem pembibitan sendiri dengan dukungan teknologi yang modern |
STRATEGI SUBSISTEM USAHATANI |
1. Menambah jumlah tenaga kerja (SDM) guna memaksimalkan potensi usaha 2. Mengelola SDM dan SDA secara terstruktur dan terorganisir guna mempertahankan kedudukan usaha sesuai dengan yang sedang digalakan oleh pemerintah (UKM berbasis agribisnis) 3. Membuat pakan alternatif dari jerami padi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak kambing 4. Melakukan kemitraan dengan peternak kambing lain sebagai penunjang usaha tani ternak kambing 5. Memperluas skala usaha ternak kambing hingga berbasis industry dengan sistem yang modern 6. Mengupayakan ternak kambing terhindar dari penyakit dengan cara menjaga asupan gizi bagi ternak kambing 7. Melakukan pemeliharaan dengan memadukan antara sistem pemeliharaaan tradisional dengan sistem modern dengan memanfaatkan teknologi sebagai penunjang usaha tani ternak kambing 8. Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pemeliharaan ternak kambing |
STRATEGI SUBSISTEM PEMASARAN |
1. Menjadi produsen pupuk organik dari pengolahan limbah kotoran kambing untuk diperjualbelikan 2. Menjangkau pasar diluar wilayah peternakan dengan efektifitas transportasi dan alat komunikasi dan melakukan pemasaran dengan engandalkan teknologi internet 3. Memanfaatkan pasar musiman ataupun permintaan pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk meminimalisir pengolahan hasil ternak kambing 4. Melakukan kemitraan dengan pelaku bisnis lainnya yang bahan bakunya berasal dari kambing serta melakukan promosi terhadap produk hasil peternakan kambing seperti daging kambing yang tidak memerlukan biaya besar dalam pengolahannya agar minat masyarakat terhadap daging kambing menjadi lebih baik 5. Menambah produksi susu untuk dapat mendistribusikan dan mengembangkan pasar susu kambing ke berbagai daerah maupun negara lain |
STRATEGI SUBSISTEM PENGOLAHAN HASIL TERNAK |
1. Menciptakan produk sesuai dwiguna dan keunggulan guna menarik pelanggan dan optimalisasi keuntungan 2. Menciptakan produk-produk yang bernilai tambah selain daging dan susu kambing seperti pemanfaatan limbah kotoran sebagai pupuk organik dan kulit sebagai bahan baku kerajinan 3. Meningkatkan produksi susu kambing dan mengolah susu menjadi produk jadi seperti youghurt |
STRATEGI SUBSISTEM PENUNJANG |
1. Menyediakan saran dan prasarana untuk mendukung kegiatan usaha secara kontiniu 2. Melakukan kegiatan pengembangan dengan mengikuti seminar ataupun pelatihan mengenai strategi beternak kambing yang baik dan pelatihan yang terkait dengan pernakan kambing lainnya 3. Melakukan kerjasama dengan pemerintah terkait agribisnis peternakan untuk menunjang keberlanjutan usaha tani ternak kambing 4. Menambah penggunakan teknologi baik dari peternak sendiri ataupun bantuan dari pemerintah 5. Melakukan pengembangan dan pelatihan untuk tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas usaha tani ternak kambing termasuk dalam pengolahan hasil menjadi produk yang berkualitas dan bekerjasama dengan produsen yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari kambing baik kulit ataupun limbahnya 6. Mengikuti pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan oleh industi peternakan skala besar (swasta) untuk menunjang pemahaman dan peningkatan usaha tani ternak kambing |
1 Komentar
TAKUT MENANG TAPI TIDAK DI BAYAR ???
BalasHapusMau menang banyak dan langsung cair dalam hitungan menit ?
Hanya di P'O'K'E'R V`1`T`A yang bisa memuaskan pemain Judi Poker Online tanpa diragukan lagi.
100 % AKAN KAMI BAYAR ATAUPUN KEMBALIKAN DANA YANG ANDA MENANGKAN, BERAPAPUN NILAI NOMINAL TERSEBUT
BAHKAN RATUSAN JUTA !!!
P'O'K'E'R V`1`T`A Menyediakan BONUS-BONUS Untuk ANDA Diantaranya :
-BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP/SETIAP SENIN )
-BONUS CASHBACK TUROVER ( SETIAP HARI )
-NO ROBOT,NO ADMIN
-Proses Deposit dan Withdraw Dengan Cepat
-Dilayani CS Yang Ramah Dan Profesional
-Menyediakan 5 bank lokal : BCA,BNI,BRI,MANDIRI, DAN DANAMON
Festival Poker 2019
WA: 0812.2222.996
BBM : PKRVITA1 (HURUF BESAR)
Wechat: pokervitaofficial
Line: vitapoker