Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Orang bijak membukakan wawasan kita tentang sebegitu dahsyatnya kekuatan dari tekad dan kemauan. Seorang Hesri ?Yeldi, Pemuda Nagari Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hilran Gumanti Kabupaten Solok mungki tak menyangka akan menginjakkan kaki di benua biru atau erop hanya berbekal sebagai petani beras organik.
Kunjungan tersebut dalam rangka memperkenalkan beras organik merah, hitam, dan putih yang dihasilkan PPO Santiago dalam ajang pameran di Torino Italia yang diselenggarakan Slow Food sebuah lembaga yang beranggotakan 160 negara. PPO Santiago menggandeng Javara, sebagai eksportir produk makanan dari Indonesia.
Suatu pencapaian yang patut diapresiasi. Batapa tidak, dari ratusan bahkan ribuan jenis produk indonesia yang potensial di ekspor, pihak javara hanya menggandeng PPO Santiago dan Martin, produsen selai pala dari Halmahera menjadi mitra potensial.
Tapi, perjalanan antara Nagari Sariak Alahan Tigo (Santiago) menuju Italia atau tepatnya Kta Torino bukan dimulai ketika berangkat dari Indonesia saja. Namun banyak lika liku jalan yang harus ia tempuh.
“perjalanan jauh” tersebut dimulainya sejak 2008 silam, tepatnya ketika terbentuk perkumpulan petani organik (PPO) di nagari yang berada di balik hijaunya bukit barisan itu.
Pemikiran untuk mengangkat potensi nagari dan memberdayakan masyarakatnya merupakan titik awal untuk bergerak. Ketika itu, enam orang pemuda santiago, satu diantaranya Hesri bersepakatdengan wali nagari ketika itu, Rahmol mengangkat bidang pertanian yang berwawasan lingkngan sebagai titik sentral untuk menggapai asa. Alsannya? Penduduk Santiago notabene adalah petani dan nagari mereka di lingkup perbukitan yang harus dijaga kelestariannya agar tidak menuai bencana.
Suatu pemikiran yang sederhana memang, namun untuk mewujudkannya butuh perjuangan berat. Betapa tidak, dalam mengenalkan pertanian berwawasan lingkungan atau lebih dikenal saat ini sebagai pertanian orgnik banyak tantangn yang dihadapi, seperti mengubah perilaku petani yanng terbiasa menggunakan sarana produksi hasil pabrikan di samping itu juga memperkenalkan pola baru yang belum tentu bisa diterima langsung masyarakat tani.
Secara sederhana para pemuda itu mulai mensosialisasikan gagasan besar tersebut kepada para petani dengan istilah kembali ke pertanian saisuak(cara lama). Pola pendekatan yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat mulai menunjukkan hasil. Sejumlah masyarakat nagari mulai menerima pembaharuan yang mereka tawarkan. Bak gayung bersambut, gerakan yang mereka lakukan seiring sejalan dengan program pertanian organik yang sedang gencarnya dilakukan pemerintah daerah setempat.
Dengan tekad kuat yang tak pernah kendur oleh tantangan, selang tiga tahun semenjak berdirinya PPO, tepatnya 2011 jerih payah mereka diakui oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumbar dengan keluarnya sertifikat organik bagi PPO Santiago.
Dengan adanyanya sertifikaat tersebut, artinya PPO Santiago memiliki hak dalam menghasilkan produk pertanian yang diakui berstandar organik dan juga berhak mencantumkan label organik pada setiap kemasan produknya. Produk yang mereka hasilkan beragam komoditas, diantaranya beras merah, beras hitam, beras putih, serta hasil perkebunan seperti kayu manis, jahe, dan lengkuas yang dibudidayakan secara organik.
Sebagai bentuk konsistensi dan kemurnian mutu organiknya, PPO Santiago tak sembarangan menerima anggota. Sesuai dengan standar organik yang diakui, maka setiap produk yang diterima dari anggota harus melalui pemeriksaan yang berlapis. Mulai dari kemurnian lahan, proses budidaya yang disyaratkan hingga proses pasca panen berstandar organik. Dan pemeriksaan itu berlangsung terus menerus dalam setiap masa tanam.
Perjuangan Hesri bersama teman-temannya patut menjadi contoh bagi kalangan petani lain. Wawalupun nagari berada di balik bukit barisan dan akses komunikasi terbatas, tak menyurutkan semangatnya untuk memejukan Nagari Santiago.
Bermarkas di pondok kayu sederhana berlntai dua dibalik rimbunnya pepohonan, disanalah para petani organik santiago menggerakkan roda organisasi dan bahkan menggema hingga dunia internasional.BERIKUT BEBERAPA PROFIL PETANI DI SUMATERA BARAT : JAFRINAL, MENHENRI, HESRI YELDI, HENDRI SONI, SUGIHARTI, DEWI KARLINA, KASMAN, FAUZI, dan INDRA MERDI.
0 Komentar