PENGEMBANGAN SUMBERDAYA PELATIHAN


Studi Kasus Pelatihan Budidaya Jagung Bagi Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (P4S) Sukma Karsa



I.          PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian berfungsi sebagai penyangga ketahanan nasional baik dalam bidang ekonomi, politik maupun keamanan. Untuk meningkatkan peran sektor pertanian sebagai penghela pembangunan nasional, Kementerian Pertanian menetapkan target utama empat sukses pembagunan pertanian, yaitu : 1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2) peningkatan diversifikasi pangan, 3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan 4) peningkatan kesejahteraan petani. Dalam rangka mewujudkan empat sukses pembangunan pertanian tersebut, diperlukan sumber daya manusia pertanian (SDM) yang profesional, kreatif, inovatif, dan berwawasan global.
Sumber daya manusia (SDM) adalah potensi pokok pembangunan. Untuk membangun pertanian yang kompetitif, kemampuan sumber daya manusia sangat menentukan terutama tingkat pendidikan yang diraih oleh masyarakat. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya menjawab tantangan tersebut di atas, sekaligus menjawab derasnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan prima dalam pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan serta informasi untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi usaha agribisnis para pelaku utama dan pelaku usaha pertanian di pedesaan.
Pembangunan pertanian ke depan diarahkan untuk memberikan peran dan partisipasi aktif masyarakat secara proporsional. Penyuluhan kmemiliki peran strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat, karena penyuluhan bukan saja berperan dalam prakondisi masyarakat agar tahu, mau dan mampu berperanserta dalam pembangunan pertanian, tetapi juga menumbuhkan kemandirian masyarakat yang berbasis kepada pembangunan pertanian.
Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat sasaran penyuluhan pertanian. Keberadaan masyarakat yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang yang relevan dengan pembangunan pertanian, diharapkan akan dapat mendukung dan berperanserta dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pelatihan perlu dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas dan relevansi.
Berbeda dengan  pendidikan umum yang diselenggarakan di sekolah-sekolah, pelatihan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di masyarakat. Pada dasarnya,  pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan dapat  diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pelatihan pada prinsipnya harus digali dari masyarakat itu sendiri, terkecuali pelatihan masyarakat dalam rangka menumbuhkan penyuluh-penyuluh swadaya masyarakat yang diperlukan untuk mewujudkan penyuluhan dari, untuk dan oleh masyarakat kelak. 
Seiring dengan itu untuk mendukung 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian dalam peningkatan swasembada berkelanjutan komoditas jagung, UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat tahun 2015 menyelenggarakan Pelatihan Teknis Agribisnis Jagung bagi Petani, dengan harapan mampu meningkatkan dan mengembangkan Sumberdaya Manusia Pertanian tentang Budidaya Jagung.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan pada rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.      Apa saja yang termasuk sumberdaya dalam pelatihan?
2.      Bagaimana masalah, tantangan dan peluang dalam pelatihan?

C.  Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi sumberdaya yang ada dalam pelatihan
2.      Mendeskripsikan masalah, tantangan, dan peluang dalam pelatihan.


 II.          PEMBAHASAN

A.      Analisis Sumberdaya Dalam Pelatihan
Secara umum sumberdaya yang terdapat pada pelatihan budidaya jagung bagi P4S Sukma Karsa, dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.    Sumberdaya Manusia
Sumber daya manusia pelatihan secara umum diidentifikasi sebagai berikut :
a.       Penyelenggara pelatihan. Tenaga penyelenggara pelatihan  terdiri dari :
v  Organisasi penyelenggara pelatihan, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dan UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat.
v  Pengelola program pelatihan, merupakan widyaiswara pada UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat.
v  Panitia, meupakan pegawai UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat.
v  Pelatih/fasilitator, barasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat, P4S Sukma Karsa, dan Balai Penyuluhan Kabupaten Pasaman. Pelatih/fasilitator harus memenuhi kriteria sebagai berikut : berkompeten dalam materi yang disampaikan, mempersiapkan bahan ajar yang diberikan, dan mampu mengevaluasi pencapaian hasil berlatih.
b.      Peserta pelatihan, Jumlah peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang petani, yang berasal dari 6 (enam) Kelompok Tani di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sukma Karsa. Syarat mengikuti pelatihan bagi peserta adalah :
v  Peserta adalah  Petani yang berada di kawasan  sentra produksi jagung,
v  Petani yang belum pernah mengikuti pelatihan yang sama,
v  Sehat jasmani dan rohani,
v  Sanggup mengikuti pelatihan secara terus menerus dari awal sampai berakhir nya pelatihan, sesuai jadwal yang telah ditetapkan,
v  Kehadiran, kedisiplinan dan partisipasi peserta menentukan kelulusan. 
v  Membawa surat tugas dari instansi yang bersangkutan
v  Membawa Pas Photo ukuran 4 x 6 bewarna sebanyak 2 (dua) lembar berlatar belakang merah
2.    Modal (uang)
Biaya yang dibutuhkan dalam seluruh proses penyelenggaran pelatihan. Sekecil apapapun kegiatan pasti membutuhkan dana sehingga penting mengkalkulasikan untung rugi dalam pelaksanaan suatu pelatihan. Biaya pelatihan biasanya dibebankan kepada instansi yang merancang sebuah pelatihan.  Untuk menghitung biaya pelatihan, maka harus memperhatikan berbagai hal berikut :
v  Jumlah peserta pelatihan
v  Durasi pelatihan
v  Honor penyelenggara dan pelatih
v  Biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dll
v  Pengadaan sarana penunjang pelatihan
v  Biaya-biaya lainnya
Seluruh pembiayaan pada kegiatan Diklat Budidaya Jagungbagi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), diklat ini dibebankan pada Dokumen Satuan Kerja Perangkat Daerah (DIPA-SKPD) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.
3.    Teknologi
Teknologi merupakan segala inovasi yang akan disampaikan kepada peserta sesuai dengan kebutuhan peserta. Dalam hal ini teknologi yang akan disampaikan kepada peserta adalah alternatif solusi permasalahan peserta. Contohnya pada pelatihan Budidaya Jagung bagi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S). Disini Budidaya Jagung merupakan teknologi yang disampaikan sebagai solusi untuk meningkatkan produksi dan keberlanjutan komoditas jagung.
4.    Sarana Dan Prasara Pelatihan
Sarana dan prasarana merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk menjamin efektivitas pelatihan. Sarana dan prasarana pelatihan disebut sebagai media pelatihan yang merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan dan konsep dalam pelatihan.
Diklat Budidaya Jagungbagi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) dilaksanakan di P4SSukma Karsa Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat.

B.       Analisis Masalah, Tantangan Dan Peluang Pelatihan
1.    Analisis Masalah
Selama kegiatan pelatihan budidaya jagung pagi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sukma Karsa berlangsung tidak ditemui permasalahan yang berarti. Namun jika ditinjau dari prosedur penyelenggarannya, pelatihan ini belum dirancang sesuai dengan tahapan pelatihan.
 Misalnya, kegiatan identifikasi kebutuhan pelatihan tidak dilaksanakan dengan baik. Ini dibuktikan pada latar belakang dan tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan swasembada jagung. Yang mana peningkatan swasembada jagung merupakan program yang dicanangkan pemerintah pusat. Dan dikhawatirkan pelatihan ini tidak sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.
Jika dilihat dari tempat pelaksanaan, pelatihan ini dilaksanakan di dalam kelas mengingat kurangnya lahan sebagai sarana praktek. Akibatnya peserta kurang dapat memahami materi pelatihan yang disampaikan. Karena pesertanya adalah petani alangkah baiknya jika pelatihan ini dilaksanakan pada lahan pertanian.
2.    Analisis Tantangan
Tantangan untuk mengembangkan pelatihan di masa depan agar efektif dan efisien adalah dengan melaksanakan seruruh tahapan penyelenggaraan pelatihan. mulai dari perencanaan, pelaksanaan pelatihan, hingga evaluasi pelatihan.
Pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan agar terjadi perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa pelatihan memberikan sebuah “jasa pendidikan” yang diselenggarakan bagi penerima manfaatnya. Untuk memahami pengertian jasa pendidikan, ada baiknya kita pelajari dulu pendapat kotler  sebagai ahli pemasaran (2003 : 48) bahwa jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak yang lainya secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepindahan kepemilikan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan sebuah kegiatan produksi jasa yang akan menghasilkan produk berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta melalui proses interaksi antara pelatih dengan peserta dengan mengkombinasikan seluruh faktor produksi (pelatih, peserta, materi, media, metode, sarana dan prasarana, waktu dan pembiayaan)..
Pelatihan sebagai kegiatan produksi, secara garis besar memiliki tiga faktor produksi, yaitu faktor input, faktor proses produksi, dan faktor hasil. Berikut ini adalah skema pelatihan sebagai kegiatan produksi:
 

 Input sebagai faktor produksi pelatihan merupakan serangkaian kegiatan perencanaan pelatihan yang disusun secara sitematis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1)      Penilaian/identifikasi kebutuhan pelatihan yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan terhadap calon peserta pelatihan
2)      Menentukan tujuan pelatihan, yang disesuaikan dengan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan peserta.
3)      Merancang kurikulum pelatihan, yang terdiri dari penentuan materi pelatihan yang mampu menjawab kebutuhan pelatihan, menentukan metode pelatihan, media yang dibutuhkan, memilih pelatih sesuai kebutuhan, memilih peserta, menentukan waktu dan tempat pelatihan yang tepat, anggaran biaya yang diperlukan serta kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan.


Proses produksi sebagai faktor produksi pelatihan merupakan kegiatan pelaksanaan pelatihan dimana seluruh program pelatihan harus diselenggarakan berdasarkan perencanaan yaitu sesuai dengan jadwal yang ditentukan, penyampaian materi dengan metode yang telah ditentukan serta diikuti oleh semua peserta yang dipandu oleh pelatih yang terpilih.

Output sebagai faktor produksi pelatihan merupakan hasil dari proses belajar yang telah diikuti oleh peserta akan terlihat pada perubahan perilaku akibat adanya perubahan pengetahuan, keterampilan serta sikap.

3.  Analisis Peluang
Jika ditinjau dari hasil pelatihan budidaya jagung apabila dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta sumber daya manusia (petani) jagung yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik dalam mengembangkan usaha budidaya jagung. Apabila hal ini telah tercapai maka program pemerintah untuk mewujudkan swasembada jagung akan dapat terlaksana.



Posting Komentar

0 Komentar